Ibu... Ibu Mertuaku
Delapan belas tahun yang lalu tepatnya tanggal 20 April 1997..
Aku resmi menjadi menantumu, dan menjadi istri dari putra kesembilanmu...
Saat itu pula aku harus tinggal serumah denganmu...
Saat itu juga aku masih jengah dengan situasi yang ada..
Masih sering terkaget-kaget dengan cara hidupmu dan keluargamu..
Sempat ada rasa takut yang menyergap didalam diriku...
Takut akan berbuat salah ataupun berbuat yang tidak engkau sukai tanpa aku tahu..
Terkadangpun ada rasa curiga menyerangku terhadapmu...
Sehari, dua hari hingga bulan berlalu, barulah aku mulai bisa mengenalmu wahai Ibu mertuaku..
Engkau pribadi yang periang, suka berbagi dan ramah...
Wanita yang sudah menginjak usia senja yang mulai agak bongkok tapi penuh semangat...
Berjalanmu pun masih cepat tanpa rasa lelah...
Yang senyumnya selalu mengembang menghiasi bibir bergincumu yang cantik,,,
Yang selalu memberiku peluk dan ciuman hangat...
Ibu...ibu mertuaku...
Sering engkau bercerita tentang masa lalu...
Tentang masa mudamu, dimana engkau seorang anak Wedono di sebuah kabupaten bernama Probolinggo..
Karena seorang anak pejabat maka engkau mendapat kesempatan untuk bersekolah di sebuah sekolah milik Belanda..
Mempelajari berbagai hal termasuk bahasa Belanda, hingga engkau sangat fasih mengucapkannya.
Sempat engkau bertunangan dengan seorang pemuda berdarah Belanda, tapi pilihanmu untuk menikah enkau jatuhkan kepada seorang pemuda Solo yang kalem dan romantis..
Saat penjajahan Jepang, engkau mulai mempelajari bahasa itu pula, jadi tak heran bila disela-sela hari engkau masih berdendang nyayian kedua negara itu.. bahkan engkaupun bisa berbahasa Inggris..
Walaupun suarumu sudah mulai terpatah-patah karena usia... engkau menyanyi dengan riang gembira dan senyum yang mengembang...
Engkau pandai bergaul, pandai berorganisasi, pandai berbagai macam bahasa, pandai memasak, dan engkaupun seorang Ibu yang hebat dan kuat.
Masih tergiang suara paraumu ketika bercerita tentang masa dulu...
Kala Bapak, suami tercintamu meninggal dunia...
Meninggalkan 10 putra dan putri yang masih membutuhkan banyak biaya dan kasih sayang..
Saat itu suamiku baru duduk di bangku SMP..
Dari gaji pensiun Bapak engkau menyambung hidup mereka dan dirimu...
Apapun engkau lakukan, berjualan es lilin, membuat kue-kue bahkan berternak ayam..
Tak ketinggalan, rumah peninggalan Bapak yang lumayan besar engkau rombak garasi mobilnya menjadi kamar kost untuk para mahasiswa yang berkuliah didekat rumahmu.
Dari semua cerita itu tak terdengar sedikitpun rasa kesal, rasa menyesal dan keluhan keluar dari mulutmu...
Engkau jalani semua dengan bahagia, walaupun disaat susah seperti itupun, banyak keponakan yang ikut menumpang di rumahmu...
Bisa aku bayangkan seperti apa rumahmu... bagaimana engkau harus menyediakan makanan untuk mereka semua...
Sungguh engkau wanita yang kuat dan tegar, engkaupun wanita yang murah hati...
Engkau tak pernah pelit tentang apa saja, tentang ilmu ataupun yang lain...
Engkau ajarkan kepada kami untuk berbagi, bagaimanapun kondisi kita...
Karena Allah pasti akan memberi rejeki....
Ibu... Ibu mertuaku..
Seorang Ibu, Ibu mertua, seorang Kartini yang tangguh...
Yang selalu tersenyum dalam kehidupan walaupun itu getir bak empedu..
Yang selalu berbagi walaupun kondisimupun tak bisa dikatakan berkecukupan...
Semangatmu sungguh luar biasa...
Saat ujung-ujung maut mulai menghampirimu, dokterpun sudah menyerah,,,
Tapi engkau begitu bersemangat, hingga sang dokterpun terpana karena begitu penuh semangatnya dirimu...
Tetapi Allah berkehendak lain, sebesar apapun semangatmu, akan tetapi ajal sudah tergariskan...
Allah lebih mencintaimu... dan menjemputmu..
Meninggalkan kami dengan kenangan akan semangatmu...
Semangat yang tak pernah padam walaupun ajal sudah diujung umurmu...
Ibu.. Ibu mertuaku...
Apa yang engkau ajarkan seakan memberiku energi untuk bisa terus berjuang dan berjuang sepertimu...tak pernah lelah dan putus arang.
Berjuang seperti Kartini yang tidak ingin selalu dalam kungkungan kegelapan..
Yang tak mau kalah dengan keadaan...
Untuk mencapai sebuah terang yang akhirnya berubah menjadi kebahagiaan...
Selamat jalan Ibu... Ibu mertuaku...
Delapan belas tahun yang lalu tepatnya tanggal 20 April 1997..
Aku resmi menjadi menantumu, dan menjadi istri dari putra kesembilanmu...
Saat itu pula aku harus tinggal serumah denganmu...
Ibu berdiri disisiku ( foto jadul tahun 1997 ) |
Ibu saat adek menikah ( tahun 2000 ) |
Saat itu juga aku masih jengah dengan situasi yang ada..
Masih sering terkaget-kaget dengan cara hidupmu dan keluargamu..
Sempat ada rasa takut yang menyergap didalam diriku...
Takut akan berbuat salah ataupun berbuat yang tidak engkau sukai tanpa aku tahu..
Terkadangpun ada rasa curiga menyerangku terhadapmu...
Sehari, dua hari hingga bulan berlalu, barulah aku mulai bisa mengenalmu wahai Ibu mertuaku..
Engkau pribadi yang periang, suka berbagi dan ramah...
Wanita yang sudah menginjak usia senja yang mulai agak bongkok tapi penuh semangat...
Berjalanmu pun masih cepat tanpa rasa lelah...
Yang senyumnya selalu mengembang menghiasi bibir bergincumu yang cantik,,,
Yang selalu memberiku peluk dan ciuman hangat...
Ibu...ibu mertuaku...
Sering engkau bercerita tentang masa lalu...
Tentang masa mudamu, dimana engkau seorang anak Wedono di sebuah kabupaten bernama Probolinggo..
Karena seorang anak pejabat maka engkau mendapat kesempatan untuk bersekolah di sebuah sekolah milik Belanda..
Mempelajari berbagai hal termasuk bahasa Belanda, hingga engkau sangat fasih mengucapkannya.
Sempat engkau bertunangan dengan seorang pemuda berdarah Belanda, tapi pilihanmu untuk menikah enkau jatuhkan kepada seorang pemuda Solo yang kalem dan romantis..
Saat penjajahan Jepang, engkau mulai mempelajari bahasa itu pula, jadi tak heran bila disela-sela hari engkau masih berdendang nyayian kedua negara itu.. bahkan engkaupun bisa berbahasa Inggris..
Walaupun suarumu sudah mulai terpatah-patah karena usia... engkau menyanyi dengan riang gembira dan senyum yang mengembang...
Engkau pandai bergaul, pandai berorganisasi, pandai berbagai macam bahasa, pandai memasak, dan engkaupun seorang Ibu yang hebat dan kuat.
Masih tergiang suara paraumu ketika bercerita tentang masa dulu...
Kala Bapak, suami tercintamu meninggal dunia...
Meninggalkan 10 putra dan putri yang masih membutuhkan banyak biaya dan kasih sayang..
Saat itu suamiku baru duduk di bangku SMP..
Dari gaji pensiun Bapak engkau menyambung hidup mereka dan dirimu...
Apapun engkau lakukan, berjualan es lilin, membuat kue-kue bahkan berternak ayam..
Tak ketinggalan, rumah peninggalan Bapak yang lumayan besar engkau rombak garasi mobilnya menjadi kamar kost untuk para mahasiswa yang berkuliah didekat rumahmu.
Dari semua cerita itu tak terdengar sedikitpun rasa kesal, rasa menyesal dan keluhan keluar dari mulutmu...
Engkau jalani semua dengan bahagia, walaupun disaat susah seperti itupun, banyak keponakan yang ikut menumpang di rumahmu...
Bisa aku bayangkan seperti apa rumahmu... bagaimana engkau harus menyediakan makanan untuk mereka semua...
Sungguh engkau wanita yang kuat dan tegar, engkaupun wanita yang murah hati...
Engkau tak pernah pelit tentang apa saja, tentang ilmu ataupun yang lain...
Engkau ajarkan kepada kami untuk berbagi, bagaimanapun kondisi kita...
Karena Allah pasti akan memberi rejeki....
Ibu... Ibu mertuaku..
Seorang Ibu, Ibu mertua, seorang Kartini yang tangguh...
Yang selalu tersenyum dalam kehidupan walaupun itu getir bak empedu..
Yang selalu berbagi walaupun kondisimupun tak bisa dikatakan berkecukupan...
Semangatmu sungguh luar biasa...
Saat ujung-ujung maut mulai menghampirimu, dokterpun sudah menyerah,,,
Tapi engkau begitu bersemangat, hingga sang dokterpun terpana karena begitu penuh semangatnya dirimu...
Tetapi Allah berkehendak lain, sebesar apapun semangatmu, akan tetapi ajal sudah tergariskan...
Allah lebih mencintaimu... dan menjemputmu..
Meninggalkan kami dengan kenangan akan semangatmu...
Semangat yang tak pernah padam walaupun ajal sudah diujung umurmu...
Ibu.. Ibu mertuaku...
Apa yang engkau ajarkan seakan memberiku energi untuk bisa terus berjuang dan berjuang sepertimu...tak pernah lelah dan putus arang.
Berjuang seperti Kartini yang tidak ingin selalu dalam kungkungan kegelapan..
Yang tak mau kalah dengan keadaan...
Untuk mencapai sebuah terang yang akhirnya berubah menjadi kebahagiaan...
Selamat jalan Ibu... Ibu mertuaku...
oh ibu mertua ,,,,, upz ...maaf kn blm ada ibu mertua ... hehehe
BalasHapusoh ibu ,,,, selamat hari kartini ....
Terimakasih mas fiu.. pingin ada ibu mertua ?, gampang, nikah dulu... hehe
HapusSaya doakan semoga cepat mendapat ibu mertua yaa...
uda nga sabar kayaknya dia
HapusHebat.... Beneran hebat bumernya
BalasHapusterimakasih mbak Susi
HapusIbu mertua hebat melahirkan anak-anak yang hebat juga ya :)
BalasHapusIya mak.. betul sekali
Hapussangat bermanfaat gan,, ane tunggu ya artikel" selanjutnya. Thanks gan
BalasHapusTerimakasih, tp sy bukan juragan, atau bahkan afgan... hiks
HapusTerimakasih atas artikel yang bermanfaat ini, semoga bisa bermaanfaat untuk saya dan lainnya
BalasHapusseorang ibu yang luar biasa ya. selamat hari kartini
BalasHapusHebat sekali ibu mertuanya. Saya nggak punya ibu mertua, sudah wafat sebelum kami menikah. Al Fatihah untuk ibu mertua.
BalasHapusArtikel ini berisi informasi yang sangat bermanfaat untuk semua pembaca khususnya saya sendiri. Saya tunggu lagi informasi-informasi lainnya yang tidak kalah menarik.
BalasHapusSukses selalu untuk anda. Terima kasih ^_^
informasi yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kami.
BalasHapusJangan lupa ya kunjungan baliknya :)
thanks gan
informasinya sangat bermanfaat sekali, semoga sukses, ditunggu ya informasi selanjutnya, terimakasih :) jangan patah semangat yaa !! salam marketing online
BalasHapusluar biasa ibunya mbak Iro. pendidikan memang pengaruhnya besar ya mbak, sampai ibu bisa berbagai bahasa. subhanalloh.
BalasHapusbtw, pa kabar mbak? saya luamaaa ga ke sini.
luar biasa ibu nya mba (y)
BalasHapusinformasinya sangat bermanfaat sekali, semoga sukses, ditunggu ya informasi selanjutnya, terimakasih :)
BalasHapusterimakasih mba sharingnya :)
BalasHapusnambah lagi nih wawasan pengetahuan ane, artikelnya sangat bermanfaat gan.
BalasHapusthanks ya
meskipun ibu mertua itu bukan yang ngelahirin kita, tapi kita tetap harus hormat kepada ibu mertua kita,.
BalasHapusInformasinya sangat menarik dan bermanfaat, menambah wawasan saya.
BalasHapusthanks ya
sangat bermanfaat gan infonya.
BalasHapussorry ya blogwalking :D
jangan lupa kunjungan baliknya gan hehe
thanks ya
kunjungan rutin gan, hehe sorry ya blogwalking.
BalasHapusjangan lupa kunjungan baliknya. thanks ya.
Artikelnya sangat bermutu dan bermanfaat untuk menambah wawasan kami.
BalasHapussorry ya blogwalking hehe
thanks
Ini blog da radionya atau gimana ya?
BalasHapusYup betul ada radionya ...
Hapusoh pantesan mba hehe
Hapusartikelnya sangat menarik dan bermanfaat, thanks ya gan
BalasHapusartikelnya sangat menarik dan bermanfaat, ditunggu artikel berikutnya gan,
BalasHapusthanks ya
luar biasa .. jarang sekali yang sedekat itu dengan ibu mertua .. ratarata masih menyimpan canggung satu sama lain .. tetapi sepertinya ini berbeda .
BalasHapusSemoga Sukses Dan Diberi Kesehatan Selalu
BalasHapusThanks for sharing
BalasHapusObat Pendarahan Pada Paru Paru
Cara Mengobati Pendarahan Paru Paru
Obat Pendarahan Dalam
Obat Khusus Pendarahan
Obat Penyakit Dalam
Obat Pemulihan Pasca Persalinan
Obat Pendarahan Akut
Wsc biolo 60 Capsule
BalasHapusJamu pelangsing tradisional cepat aman
BalasHapusCara Minum Pelangsing Biolo
BalasHapusObat pengecil perut alami cepat terbaik
BalasHapusUntil this afternoon we will always be waiting for more information thank you .
BalasHapusVery happy because presented with the information that is so very helpful thanks.
BalasHapusNews that you provide on this morning is very attractive thanks .
BalasHapusNot surprisingly, these sites always provide the latest information thanks .
BalasHapus