Rabu, 03 September 2014

Jamu Indonesia, Selalu Dan Selamanya

Dewasa ini masyarakat mulai sadar tentang pentingnya memakai obat-obatan dari bahan alami, akan tetapi masih banyak juga masyarakat yang menganggap bahan dari alam itu kurang manjur atau tidak sesuai dengan perkembangan jaman yang sudah modern. Karena kebanyakan menginginkan pengobatan yang cepat dan praktis. Sedangkan pengobatan memakai bahan-bahan alami ( herbal ) yang biasa disebut jamu, lebih ribet dan lama.

Tetapi perlu diketahui bahwa efek negatif pemakaian obat-obat kimia itu berlanjut dalam jangka panjang, akan timbul penyakit baru karena pemakaian obat-obat kimia ini.

Sebagai contoh saya sendiri, karena pengunaan anti biotik yang terlalu sering ( karena pernah menjalani beberapa kali operasi ), akhirnya berdampak kepada gigi saya, sangat mudah keropos, lubang sedikit saja, hanya dalam hitungan hari bila tidak segera ditangani akan cepat habis, belum lagi daya tahan tubuh saya menjadi semakin lemah dan sering mengalami alergi.

Sedangkan dengan jamu pengobatannya memang akan memakan waktu yang lama ( bila sakitnya akut ) akan tetapi sedikit demi sedikit penyakit yang diderita akan sembuh dan tanpa menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang selama konsumsi dengan benar. Karena sedikit demi sedikit sel-sel yang rusakpun akan ikut diperbaiki. Karena menyadari hal itu, saya mulai meninggalkan pengobatan kimia, kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. 

Dari kecil sebenarnya saya sudah akrab dengan jamu, maklum orang tua dari desa. Jadi sakit apapun dulu pasti untuk pertolongan pertama meminum jamu. Bila sakit panas atau diare, Ibu akan segera membuatkan perasan kunyit dan madu, bila sakit batuk, segera dibuatkan campuran kencur dan garam sedikit, bila susah makan, dibuatkan jamu temulawak, bila bau badan, segera saya disuruh makan daun beluntas ( mentah ) sebagai lalap, untungnya saya doyan lalapan apa saja ( seperti kambing saja ya...hihi ) dan masih banyak lagi. Dan itu saya praktekan ke anak saya sekarang.

Oh ya, yang saya paling ingat sampai sekarang adalah saat disuruh minum jamu yang bernama Jamu Macan kerah, lah namanya serem.... Padahal jamunya sih terdiri dari kunyit, bunga mawar, bunga kenanga, bunga kantil dan beberapa tanaman jamu lainnya.  Ramuan ini diiris tipis-tipis dan cara mengkonsumsinya diremas-remas kemudian diberi air hangat, disaring dan diminum.

Nah jamu ini untuk kesuburan, karena waktu itu saya walaupun sudah berumur 16 tahun tapi belum mengalami haid, jadi oleh Ibu disuruh minum jamu ini tiap hari. Dan Alhamdulillah setelah minum jamu itu secara rutin, juga vitamin E dan doa tentunya. Saya mendapat haid saya diusia 17 tahun. Berasa seperti kuda lumping saja makan kembang hihi... 

Ramuan jamu macan kerah ( Gambar dari sini )
Dan juga ketika saya terinfeksi Hepatitis B, oleh Atasan saya, diberi Temulawak instant berkanton-kanton, cukup kalau untuk konsumsi 6 bulan. Hehe baik banget si Boss....berkat pertolongan-Nya lewat Temulawak ini si Hepatitis hengkang dari tubuh saya.

Kadang-kadang terbesit rasa malas saat mengkonsumsi jamu, karena mengolahnya yang rumit, belum lagi tangan akan belepotan dan berwarna-warni dan susah hilang sampai berhari-hari ( kunyit atau temulawak ), jadi merusak pemandangan tangan cantik kita. Mau beli jamu gendongan juga kadang berpikir, mereka kan memakai botol bekas, duh higienes tidak ya.... mau minum yang instant, wah ada pengawet dan pemanisnya tidak ya... wah dilema kan.?

Dari sini akhirnya saya cari info, baca sana dan sini, bagaimana caranya membuat ramuan jamu sendiri yang praktis dan juga nikmat. Kebetulan waktu itu saya membeli majalah masak-memasak, disana ada resep cara membuat minuman instant / extrak.

Dan saya cobalah hari itu membuat kunyit putih instant ( waktu itu saya didiagnosa ada miom dalam rahim, makanya saya konsumsi kunyit putih , tapi cuma saya parut dan minum, ribet ). Dan hari itu gagal, karena jamunya setelah saya masak sesuai intruksi kok malah jadi seperti lem / jenang dodol warna putih gitu...hiks. 

Tapi saya tidak menyerah, cari lagi info sana dan sini, dan akhirnya saya coba lagi dan berhasil. Percobaan kali ini mengunakan Temulawak. Dan berhasil....!

Ketika adek saya terinfeksi Hepatitis B juga ( mungkin karena perantauan dan ngekost, jadi makan seringnya diwarung jadi rentan terinfeksi ). Dengan semangat 45, saya buatkan adek Temulawak instant lagi dan lagi. Dan setelah test laboratorium, saya bersyukur sekali akhirnya si Hepatitis sudah tidak diketemukan lagi dalam tubuh adek saya 

Temulawak ini banyak mengandung minyak atsiri dan kurkuminoid sebagai obat Hepatitis ( hati ), juga untuk menyembuhkan radang lambung, kolesterol, menurutkan kadar gula darah, menambah nafsu makan, meningkatkan kekebalan tubuh dan stamina, meredakan nyeri, menetralkan racun dan masih banyak lagi kegunaannya. 
Temulawak yang belum dikupas dan dicuci

Sejak saat itu teman-teman dan saudara saya sering memesan Temulawak intant ( extrak / serbuk ) kepada saya, bentuknya seperti ini :

Ini Temulawak yang sudah saya extrak tapi belum saya blender dan ayak.
Ini yang sudah diblender kering dan ayak ( jadi tanpa ampas )
serta sudah dikemas siap dikirim ke pemesan
Nah ini tinggal diminum, bisa dengan air hangat
atau air dingin rasanya mantap...tanpa ampas lho..
Yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah bahwa jamu harus diolah dengan benar. Harus tahu mana yang diambil mana yang dibuang. Seperti membuat temulawak ini, saya hanya mengambil sarinya saja, sedangkan patinya saya buang ( pati akan muncul saat sari temulawak kita biarkan selama 2-3 jam ). 

Pati inilah yang kadang masyarakat salah mengartikan bahwa itulah yang menyembuhkan, padahal salah besar. Karena sebenarnya patinya itu bisa menimbulkan gangguan ginjal, flek dan sebagainya. Pati ini sangat lengket, kental seperti gulali. Bayangkan saja kalau dikonsumsi tubuh, pastilah akan memperberat kerja ginjal. Oleh karena itu saya buang. Sepeti ini penampakan si endapan Temulawak.

Endapan Temulawak, kental, lengket seperti gulali
yang saya buang.

Jadi jangan salah dalam mengkonsumsi jamu, bukan yang kental dan keruh itu sehat, tapi malah yang sari beningnya itu yang berkasiat ya...( perasan tanpa ditambah air ). Tidak semua tanaman jamu yang berbentuk umbi mengandung pati, contohnya kencur dan jahe, mereka tidak berpati .

Untuk kesehatan keluarga, di dapur selalu saya sediakan, madu, kencur, kunyit, jahe, jinten hitam dan temulawak. Keenamnya sangat berguna, sebagai contoh :

Kencur :
  • Untuk batuk kering dan berdahak, ambil setengah genggam kencur, bersihkan dan haluskan ( parut ), beri air hangat setengah cangkir, peras dan saring. Beri garam sedikit, minum. 
  • Untuk capek-capek, ambil segenggam kencur, setengah sendok beras, bersihkan dan haluskan , beri air hangat satu gelas, tambah garam dan gula sedikit, saring dan minum. 
  • Untuk kemeng ( njarem :jawa ) ambil setengah genggam kencur, bersihkan dan haluskan, beri minyak kayu putih sedikit, oleskan pada kaki, tangan atau tubuh yang sakit, biarkan semalaman. Pagi anda akan merasa segar. ( Anak saya sering menghaluskan dan membalurkan sendiri jika kecapekan karena bersepeda dll )
Kunyit :
  • Untuk Demam dan diare , ambil beberapa ruas kunyit, bersihkan dan haluskan, beri air setengah gelas, saring, diamkan beberapa saat sampai patinya mengendap, ambil yang bening saja beri madu dan minum.
Jahe :
  • Untuk kembung dan masuk angin, caranya dibuat wedang jahe.
Temulawak :
  • Sudah saya jelaskan diatas, bila anda ingin membuat bisa dilihat step by stepnya di sini 
Sekarang sudah ada cafe jamu di beberapa Mall, ini sangat membahagiakan. Dengan begitu jamu tidak indektik dengan obat kalangan bawah tapi jamu bisa dikenal masyarakat luas. Dan bisa dinikmati dengan lebih nikmat dan elegan. Tak selamanya jamu harus pahit dan diminum dipinggir jalan kan ?.

Jamu Indonesia ini harus selalu dan selamanya dilestarikan serta digali terus manfaat. Cara mengolah, dan penggunaannya pun harus secara baik dan benar, pun juga cara mengemas dan penyajiannya dibuat sedemikian rupa agar menarik dan nikmat.

Jika dari kini kita lestarikan terus menerus, melanjutkan kebiasaan kita ke anak cucu kita selanjutnya, maka generasi selanjutnyapun tahu dan mengenal apa, bagaimana dan manfaat dari Jamu Indonesia yang beraneka macam ini. Jadi yuks..cintai dan lestarikan Jamu Indonesia..!!



29 komentar:

  1. daku pernah bikin kunyit asem sendiri mak, dan rasanyaaa lebiiih ennyaaak dari pada beli ditukang jamu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak...betul-betul...secara bikinan mak Tina gitu lho, pasti enyaaaakkkk...hihi

      Hapus
  2. Saya termasuk penikmat jamu meski dalambentuk yang ringan-ringan. Seperti beras kencur, aneka wedhang, kunir asem dll. Biasanya saya membuatnya hanya dengan iris2 lalu seduh *Emak pemalas. SUkses lombanya ya Mak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nikmat juga diiris-iris mak... terimakasih...
      Ayo ikutan makkkk....

      Hapus
  3. wah asyik dapat ilmu baru dalam mengkonsumsi jamu, makasih mak :)

    BalasHapus
  4. Saya sering minum jamu kalau lagi pulang kampung aja mak, biasanya Ibu yang bikin. Kunyit diparut terus dikasih garam. Nenek bilang, kunyit itu buyutnya segala obat. Sukses lombanya ya mak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mak...makanya si kunyit always setia ada didapur utk persediaan...
      Terimakasih mak...

      Hapus
  5. Waaa usdha saya bookmark mbak wati hehe, besok kapan" saya tak slow reader y mbak malam ini badan pegal semua abis nanjak merapi hadehh... kayaknya besok minum jamu boleh juga nih baca" lagi ahh besok mantap mbak wati smga jamu bikin daya tahan saya kuat dan balik lagi gak lelah lagi nie hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip deh mas Angki...semoga cepat sehat ya...
      Semangat...!!

      Hapus
  6. Dah lama ni gak minum jamu.. :) Good Luck lombanya ya mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo minum lagi biar sehat... hihi... terimakasih

      Hapus
  7. Hanya Indonesia yang punya jamu-jamuan ya mak, saya pernah sekali dua kali minum beras kencur, biar berat badan naik dikit gitu, tapi nggak berhasil juga..hehehe banyak pikiran soalnya . gudlak ya mak kece

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul nih mbak...sayang kan kalau gak digali dan dilestarikan...
      Kalau untuk berat badan bisa minum bangle mbak... cari aja di mbah google apa itu bangle.... Terimakasih mbak Aida..

      Hapus
  8. mak mak,,,ini buatan mak iro sendiri ya,,kok kreatif bget mak,,salut deh,,suer,,,dibikin geleng2 kepala ama kreatifitasnya,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dung mbak Dwi... hihi *sombong.com...
      Alhamdulillah masih bisa berkreatifitas walau dah emak-emak menjelang tua gini... hihi...

      Hapus
  9. Enyak, enyak, enyaaak... Jamu memang enyaaah bingits mak

    BalasHapus
  10. saya suka jamuuu..itu temulawaknya segerrr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Hanna ...yuk ke mari ...aku sungguhin jamu nanti... biar segerrr....hihi...

      Hapus
  11. wah telaten banget Mak bikin temulawaknya.... kalo sudah jadi praktis tinggal seduh aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mak Ninik....jd repotnya cuma sekali, habis gitu tinggal seduh-seduh saja...
      Terimakasih sdh berkunjung

      Hapus
  12. Kalau sudah ada ekstraknya jauh lebih praktis ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mak Ika... jd tinggal seduh bila perlu... hehe

      Hapus
  13. Aku juga doyaaaaan sama jamuuu! Suka banget beras kencur, kunir asem, dll. Btw, atasannya mak Iro keren ya. Full perhatian. Mau dong eikeh punya bos kayak begindang, heheheh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jamu bikin sehat, jd harus suka...hehe
      Iya tuh si bos baik banget.... tp kdg klo kumat cerewetnya jg ampyuuuuunnn...hihi

      Hapus
  14. Selain Indonesia, ada gk ya jamu dari negara lain..

    BalasHapus