Waktu itu aku masih kelas 1 SMP di daerahku di sebuah Kecamatan bernama Kertosono, Kabupaten Nganjuk, kira-kira tahun 1987-1988an. Hari itu diadakan kegiatan Pramuka disekolah dengan tema mencari jejak, biasanya sih mencari jejaknya disekitar sekolah saja. Tapi kali ini berbeda, kami akan mencari jejak dihutan didaerah Lengkong - Kabupaten Nganjuk.
Sesampai di Sekolah, Kakak-kakak Pembina menyuruh kami berbaris dan diberi pengarahan, bahwa perjalanan ke Hutan Lengkong, ditempuh dengan mengunakan sepeda onthel masing-masing, bagi yang tidak mempunyai sepeda boleh menumpang teman-teman lainnya. Dan menyuruh kami membentuk kelompok/ regu, masing-masing beranggotakan antara 6-10 anak,dan memilih salah satu dari anggota kelompok untuk menjadi ketua, agar memudahkan kami untuk mengabsen anggota sewaktu di tempat tujuan.
Jam 07.30 WIB, rombongan anak-anak SMP kelas 1 ini bergerak pelan tapi pasti, menuju lokasi yang berjarak kira-kira 10 km lebih dari sekolah. Jalan-jalan disekilingnya sudah aku kenal, tetapi begitu memasuki wilayah Lengkong, aku mulai asing dengannya. Di wilayah ini jalan-jalan aspalnya banyak yang retak-retak besar, seperti habis terkena gempa, katanya sih di wilayah itu tanahnya bergerak. Pantas saja tak satupun aku temukan rumah yang terbuat dari tembok, semua adalah rumah kayu atau bambu.
Pukul 09.00 WIB lebih, rombongan sampai di tepian hutan, Kakak-kakak Pembina kembali menyuruh kami berkumpul, dan menyuruh setiap ketua untuk mengabsen anggotanya, dan menyerahkan daftar absen tersebut kepada Kakak-kakak Pembina.
Kakak Pembina mengatakan bahwa kita akan mencari jejak di dalam hutan, arah yang dituju bernama Kedung Cinet ( sebuah kedung / celukan yang luas didalamnya ada sungai dan air terjun kecil ). Beliau berpesan agar kami jangan terpisah dari kelompok dan harus memperhatikan tanda-tanda jejak yang ditinggalkan untuk menuju tempat tujuan.
Kurang lebih pukul 09.30 WIB, kelompok regu-regu ini, bergerak satu persatu masuk kedalam hutan jati milik perhutani itu, kelompokku pertengahan berangkatnya. Di dalam hutan yang bisa kami lihat hanya pohon jati dimana-mana dan semak belukar, ya iyalah namanya juga hutan jati ya...hehe...
Kami berjalan menyusuri jalan setapak kecil yang sepertinya sering dipakai penduduk sekitar untuk mencari kayu di hutan. Waktu itu reguku terdiri dari aku, teman sebangkuku bernama Katmiati, kemudian Sofia, Tutik, dan dua lagi aku lupa. mungkin karena beda kelas jadi aku kurang mengenalnya. ( Karena mencari gambar di internet tidak ada yang sesuai maka aku gambar sebisanya saja....hihi...)
gambaran ala kadarnya jalan setapak dihutan, jejak-jejak ditinggalkan, salah satunya mematahkan ranting kayu....hihi... |
Tubuhku saat itu kecil mungil sampai-sampai salah satu Guruku mengatakan kalau aku masih cocok untuk jadi murid SD kelas III, duhhhh ampun deh pak...saya kan kecil-kecil cabe rawit. Sepanjang perjalanan udaranya panas, walaupun didalam hutan, tetapi daerah ini memang terkenal daerah yang panas, tanahnya saja berkapur berwarna putih kekuningan, menjadikan perjalanan sangat meletihkan.
Berkali-kali regu demi regu melewati kami, sampai tak satupun lagi ada regu yang melewati kami lagi. Wahhhh....jangan-jangan kita yang terakhir, untungnya ada 2 orang Guru yang setia menemani kami, namanya pak Sucipto dan pak Dasiyanto. Beliau merasa kasihan melihat kami, apalagi melihat aku dan Katmiati yang sama-sama bertubuh mungil layaknya liliput ( kalau sekarang sih gak liliput tapi raksasa hahaha... ). Mereka berdua juga akrab denganku maklum bangku tempat dudukku dikelas kan pas didepan meja Guru.
Agar kami tidak tersesat disepanjang perjalanan kami mencari dan memperhatikan jejak-jejak yang ditinggalkan, mulai ranting yang dipatahkan, tanda panah dipohon, batu yang ditumpuk sedemian rupa untuk menunjuk suatu tempat, sampai kain yang disangkutkan diranting-ranting pohon perdu dan lain-lain.
Sesekali mereka mengoda aku, yang katanya " aduhhhh bocah cilik ini, ayoh tak gendong saja biar cepet sampai..". Sambil mengangkat tubuhku dibawanya berjalan, aku meronta-ronta, malu dong !. Atau bila mereka kepanasan dan kelelahan mereka membuka bajunya yang basah berkeringat dan membungkus kepalaku dengannya......huwekkkkk !, tentu saja aku teriak-teriak sambil ingin muntah, bau banget....duhhh usil bener pak Guru ini.
Rasanya perjalanan itu kok gak ada habisnya, air yang kami bawapun sudah habis. Alhamdulillah ternyata didalam hutan ini ada perkampungan kecil, segera saja pak Guru meminta air kepada penduduk yang sangat ramah itu. Sambil pertanya apa Kedung Cinet itu masih jauh. katanya sih "oo masih mas", Hiahhhh...tambah loyo kita semua.
Akhirnya ada temanku yang meminta istirahat sebentar karena sudah benar-benar capek, akhirnya kami duduk dibawah pohon sebentar. Disaat aku duduk dipohon, tanpa aku sadari dipohon itu ada Lipan, hewan yang paling aku takuti sedunia. Aku mengetahuinya ketika temanku berkata "Ir...itu didekatmu apa..?, setelah aku menoleh sontak aku berteriak histeris dan meloncat-loncat sambil mengibas-ngibaskan baju dan tanganku. Airmata sudah mau keluar karena ketakutan, "Gak papa Ir...gak ada kok dibajumu...", yang semula sudah lemas karena kelelahan ditambah ketakutan jadi tambah lemas lagi. Duhhhh...
Perjalanan dilanjutkan, kali ini memasuki hutan lagi dan sekarang gantian temanku Sofia yang berteriak histeris. Karena dikiri kanan banyak semak dan pohon-pohon perdu, yang entah itu ada ulatnya apa tidak kita tidak tahu. Dan ternyata dibaju Sofia menempel beberapa ulat bulu, dia yang alergi terhadap ular bulu, seketika badannya langsung bentol-bentol. Alhamdulillah ada temanku yang membawa minyak kayu putih,, segera saja dibaluri tubuhnya dengan minyak kayu putih. Ada saja....perjalanan kami tambah lamaaaaaa....
"Pak kok gak sampai-sampai to pak....sebenarnya kita tersesat apa gak sih?" kataku...
"Sepertinya gak...yanh mudah-mudahan segera sampai, sabar ya...." kata Guruku menghibur.
Setelah sepanjang jalan kami melewati semak, pohon perdu dan tentunya pohon jati dimana-mana, sekitar jam 12.00 WIB, tibalah kami ditempat yang dituju, disebuah celukan tebing yang udaranya adem. Ada sungai dan air terjun kecil disana. Aku melihat teman-teman yang lain sudah masuk sungai, ada yang berendam ada juga yang bermain-main air. Padahal airnya gak bening kincling gitu, airnya agak kekuningan, maklum tanahnya kan berkapur. Tapi teman-teman tertawa riang sambil masih memakai seragam Pramuka dan bermain-main air. Setelah menyerahkan absen, akhirnya aku juga ikut-ikutan menyemplungkan diri ke sungai....byurrr.....ademmmmm......., sungaipun akhirnya penuh dengan ratusan anak berseragam coklat yang bermain air sambil tertawa - tawa. Ketika 2 orang Guruku tadi mengambil air untuk membasuh muka, serentak anak-anak menariknya ke sungai dan byurrrrr....jadilah kami semua masuk sungai.....hahaha..... basahhhh....tak lupa kakak-kakak Pembinapun satu persatu ditarik masuk sungai oleh anak-anak.
Gambaran Kedung Cinet, dimana teman-teman menceburkan diri ke sungainya dikanan kiri sungai adalah tebing yang tinggi dan disitu ada satu air terjun kecil. |
Setelah beberapa saat akhirnya kakak Pembina membunyikan peluitnya dan menyuruh semua berkumpul dengan regunya masing-masing. Karena perjalanan pulang akan segera dimulai, dengan baju masih basah kuyub kami melakukan perjalanan pulang. Tetapi perjalanan pulang ini lebih dekat dan tidak melewati jalan yang tadi. Pun begitu karena tubuh yang lelah perut yang hanya terisi kue dari konsumsi tadi dan juga badan yang basah kuyub membuat perjalanan ini sama beratnya dengan perjalanan pertama tadi.
Ternyata kedua Guruku tadi masih setia menemani kami, katanya " Ntar ilang kalian...bocah-bocah kecil.."....hehehe....yang kami lewati masih sama semak-semak, pohon perdu dan pohon jati dimana-mana tentunya. Hingga sekitar pukul 03.30 WIB kami sampai ditempat pertama kali berkumpul, dan kami mendapat sambutan dengan suara keras lewat Toa " Dan inilah dia pemenang kita dengan kategori Regu terrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.....lambattttttt..".....hehehe....kami hanya cengar cengir...
Tubuhku dan tulangku sudah benar-benar serasa protol semua, tapi kan pulangnya harus onthel lagi....hiks. Dengan tenaga yang tersisa aku kayuh sepeda bersama teman-teman yang akhirnya meninggalkan aku sendiri dibelakang....duh biyung....anginpun tidak bersahabat, aku menuju arah selatan, eeee si angin menuju arah utara. Bukan main beratnya aku mengayuh, rasanya mau berhenti saja, tapi gak pulang dong...hiks.... Emakkk Bapak..tolong anakmu Makkkkk...., hampir saja aku menangis karena langitpun mulai gelap dan hujan mulai turun....huwaaaaaaa....bertambah penderitaanku..... Dalam hati berjanji "Emoh" lagi ikutan yang beginian...cukup sekali aku merasa....uh seperti lagu saja...
Diantara iya dan tidak aku mengayuh sepeda onthelku, tiba-tiba 2 Guruku yang tadi, pak Dasiyanto dan pak Sucipto mengklakson-klakson sepeda motor mereka di belakangku.
" Hahaha.....kasian banget kamu...mana temannya?"
" Sudah duluan pak.."
" Ya wis sepedamu aku tarik saja ya.."
Tanpa mendengar jawaban dariku dulu, pak Guru yang dibonceng memegang setir sepedaku dan menarik maju sepedaku. Whezzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz......sepeda melaju dengan kencang....
Alhamdulillah tanpa mengontel sepedaku bisa berjalan.....yipiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.....
Sampai kami menemukan rombongan teman-temanku yang banyak dan aku bertemu dengan Mugi sahabatku, aku berkata kepada pak Guru, "Sampai sini saja pak....bareng teman-teman...terimakasih."
Dan beliau berdua meninggalkan aku bersama teman-teman. Kayuhanku kali ini tidak begitu berat karena kami menuju arah timur, dan ketika perjalanan menuju rumahku kami harus berbelok lagi ke arah selatan. Kayuhanku semakin berat, anginnya sangat kencang menuju utara, maklum Nganjuk kan kota Angin jadi anginya sangat besar.
Dan beliau berdua meninggalkan aku bersama teman-teman. Kayuhanku kali ini tidak begitu berat karena kami menuju arah timur, dan ketika perjalanan menuju rumahku kami harus berbelok lagi ke arah selatan. Kayuhanku semakin berat, anginnya sangat kencang menuju utara, maklum Nganjuk kan kota Angin jadi anginya sangat besar.
Kali ini sahabatku yang tomboy banget si Mugi, tidak tega melihatku lemah lunglai, memegang setirku dan mendorongnya kedepan. Aku katakan tidak usah karena kita sama-sama capek, tapi dia berkata "Rapopo"...Nah kata-kata ini kan sudah dari jaman dulu kan ?.
Hingga akhirnya saat Magrib aku sampai juga dirumahku, dan menyuruh Mugi mampir sebentar untuk sekedar minum dan istirahat sejenak, karena perjalanan ke rumahnya masih setengah jam lagi. Aku bersyukur banyak orang yang menyayangiku dari dulu hingga sekarang....Inilah perjalanan pertamaku yang tidak akan pernah terlupa dan tergantikan....Happy othel selalu....
wah,mbk iro keren banget sih....itu gambarnya gambar sendiri???kreatif....salam pramuka!!!!^^
BalasHapusIya mak...tapi sdh lama gak gambar agak kaku....sebisanya sj...hihi...terimakasih...Salam Pramuka..!!!
Hapuswah ,,yg menarik adalah gambar nya mak,,kemudian ceritanya yg terakhir aku baca,,sukses GA nya mak Iro :)
BalasHapushihi...jd malu makkkk....gambar ala kadarnya...hbs sdh lamaaa bgt gak gambar jd rada kaku....Terimakasih Mbak Dwi
HapusUaaaa salam pramuka.... saya dulu juga kek gitu di lereng Merapi... habis itu ada simulasi bawa korban luka di area perang gitu... seru....
BalasHapusSalam Pramuka....dilereng merapi, simulasi bw korban luka perang.. dibayangin aja sdh seru....apalagi terjun langsung pasti lbh seru....terimakasih
Hapusth 1987-1988 sudah SMP? saya masih kelas 4 SD :)
BalasHapusSalam pramuka ..... kebetulan sejak kelas 2 SD sudah aktif pramuka (siaga).. kemudain kelas empat jadi penggalang he he he .... jarang ada "ujian" cari jejak, secara kami anak desa dekat hutan dan di lereng gunung he he he ....
wah adek kelas nih...hehe...rmh sy jg didesa tp kalau sawah dekat kalau hutan gak ada jd ke kecamatan lain....Salam pramuka !
HapusMbak, itu gambar sendiri yak? uh, keren banget.
BalasHapusKalau waktu pramuka dulu, yang paling aku tunggu tuh ini, mencari jejak di hutan,heheh
Terima kasih atas partisipasinya ya Mbak :)
Iya mbak...tp sdh lama sekali gak gambar jd msh kaku...hihi gambar ala kadarnya mbak...Sama-sama, senang bisa ikutan....
Hapus