Rabu, 31 Desember 2014

Kisah Hujan dan Aku...

Hujan....
Adalah hal yang selalu kunanti...
Aku menyukai jatuhnya hujan dan kenangan yang dibawanya...

Hujan...
Disana ada kenangan...
Ada kisah...
Ada perjuangan...
Kebahagiaan dan kesedihan...
Namun begitu engkau tetap kunanti...
Karena bersamamu aku menjadi punya kisah seperti ini...

sumber gambar dari sini

Kala musim hujan, di sebuah desa nun jauh disana, dimana aku dilahirkan, 39 tahun yang lalu. Tak pernah tidak, desa itu dipenuhi air dimana-mana, di rumah, di dapur, di halaman, di kebun, di jalan, di sekolah bahkan sawah akan terlihat seperti sebuah lautan air tanpa tepi. 

Yah memang desa kami, dulunya adalah bekas rawa, oleh karena itu air mudah sekali mengumpul disana. Akan tetapi akan beda cerita bila musim kemarau tiba, sawah-sawah akan mengering dan tanah menjadi retak-retak, tak akan ada setitik airpun di temukan. Sehingga seringnya sawah tidak bisa ditanami dan akhirnya dibiarkan begitu saja. 

Karena itu penduduk hanya bisa bercocok tanam diwaktu musim penghujan, disaat musim hujan tiba, mereka segera menanam tanaman yang bisa tumbuh di air, seperti rami dan sejenisnya. Hanya bila musim hujan mulai mendekati musim kemarau barulah mereka menanam padi. Karena yakin bahwa tanaman padi saat tua sudah masuk dimusim kemarau jadi tidak akan tergenang air dan akan panen dengan gemilang.

Disela cerita musim itu, aku sangat bahagia bila hujan tiba. Karena itulah saatnya aku bisa bermain air sepuasnya tanpa harus menimba sumur yang bermeter-meter kedalamannya saat musim kemarau. Bisa dikatakan aku hanya cukup dengan menggayungkan tangan saja, air akan bisa aku raih saat musim penghujan. 

Karena semua tempat hampir seluruhnya tergenang air. Maka paman selalu membuat sebuah rakit dari batang pohon pisang yang banyak terdapat di sekeliling rumah dan didesa kami, makanya desa kami disebut desa "Pisang"'. Gunanya untuk mempermudah kami bila air meluap lebih banyak. Dan berbekal rakit ini, aku, sepupu dan teman-teman kecilku berselancar ria disawah yang telah berubah menjadi danau bahkan lautan..!.

Dengan membawa peralatan mancing sederhana, kami berburu ikan air tawar yang melimpah ruah dimana-mana. Tak jarang karena kelamaan tidak ada kail yang dimakan, kami menceburkan diri kesawah yang dalamnya seperut atau kadang sampai sedada kami itu untuk mengumpulkan ikan dan keong dengan alat seadanya.

Setelah cukup kami bawa ke tepi sawah, ditempat yang kering. Kami bakar beramai-ramai dengan kayu bakar dari dedaunan pisang dan bambu yang banyak berserak disitu. Bila tiba-tiba hujan menyapa, kami berteriak kegirangan, berlari-lari dan menari menyambutnya, sambil sesekali bermain air dikaki kami dengan saling menggencetnya hingga mengenai satu sama lain dengan canda tawa. 

Walaupun tubuh kami sudah mengigil dan bibir kami sudah membiru, kami tak menghiraukannya, karena yang terasa hanyalah suka cita. Hanya bila Ibu dan Bibi kami meneriaki kami untuk pulang. Barulah kami pulang ke rumah masing-masing dengan penuh kisah. Kisah yang esok kala hujan turun akan kami ulang dan ulang. 

Waktu telah berlalu kisah itu tak akan mungkin terulang, hanya sesekali bila ingin mengenangnya, aku biarkan tubuhku tersiram hujan kala sedang berjalan dijalanan. Atau melihat rintiknya dari balik jendela rumah, mencoba menengadahkan tangan untuk meraihnya. Merasakan setiap tetesan air dan gemericik rintiknya.

Di saat hujan pula aku mengenal arti sebuah persahabatan, cinta dan mendapatkan masalah karenanya. Hari itu, saat aku masih kelas 3 SMK, kami mendapat tugas lapangan ( PKL ) disebuah Perusahaan besar yang letaknya agak jauh dari rumahku. Yang memaksaku untuk nge-kost sementara disebuah rumah kosong milik temanku bersama seorang teman yang lain. Disaat yang sama ada beberapa anak dari SMK lain sebut saja SMK A, yang juga mendapat tugas yang sama. Dan merekapun nge-kost juga didekat rumah kost kami.

Kami berkenalan dan berteman baik, bertukar informasi dan mengerjakan tugas bersama. Saat itulah timbul kecemburuan diantara pemuda desa itu. Mereka merasa cemburu dengan anak-anak SMK A itu yang rata-rata adalah laki-laki. Sungguh saat itu tak ada sedikitpun dipikiran kami untuk saling suka selayaknya orang berpacaran. 

Akan tetapi api cemburu itu sudah terpercik, mereka seakan sudah buta dan tak bisa lagi membedakan mana yang baik dan yang bukan. Hari itu hujan seharian mengguyur dengan deras. Saat pulang dari tempat kami PKL, tubuh kami basah kuyup dan kedinginan. Menjelang magrib barulah hujan mereda, salah seorang dari temanku dari SMK A, datang kerumah membawa setumpuk kertas yang berisi data untuk membuat makalah kami. 

Dia mengatakan hari itu tidak mengerjakan tugas bersama dulu, lusa saja. Sepertinya ada yang disembunyikan darinya kepada kami, diapun berpesan untuk menutup seluruh pintu dan jendela rapat-rapat juga mematikan lampu yang tidak diperlukan. Kami heran dan bertanya tapi dia tak mau membuat kami ketakutan. Hanya mengatakan untuk melakukan saja apa-apa yang diperintahkannya, kemudian berpamitan.

Tak lama hujan turun lagi dengan derasnya, hingga kurang lebih jam 9 an malam, saat hujan reda, tiba-tiba kami mendengar suara ramai didepan rumah kost kami. Kami bertiga mencoba mengintip dari balik korden jendela, tampak banyak pemuda sedang bergerombol didepan rumah kost. Mereka bernyanyi sambil berteriak-teriak keras, dan menyebut namaku berkali-kali. 

Kami benar-benar ketakutan, pintu dan jendela ruang tamu diketok-ketok, kami hanya bisa diam berangkulan didalam kamar. Tak disangka merekapun berpindah ke jendela kamar kami. Ya Tuhan kami semakin ketakutan. Sebenarnya saat itu aku ingin meneriaki mereka, tapi temanku mencegah dan menyuruhku untuk diam saja. Hampir lebih dari setengah jam mereka begitu.

Sungguh mencekam malam itu bagi kami, untungnya Ibu yang tinggal disebelah rumah kami ( yang galaknya minta ampun tapi sangat baik pada kami ). Keluar dari rumahnya bersama suaminya dan mengusir mereka dengan melempari mereka dengan batu bata, entahlah apakah mengenai mereka atau tidak. Kemudian si Ibu mengetok pintu dapur kami ( dapur kami berdekatan, karena sumurnya jadi satu ), dan memanggil-manggil temanku ( anak pemilik rumah ). 

Beliau mengatakan bahwa pemuda-pemuda itu sudah pergi, dan menanyakan apakah kami baik-baik saja. Alhamdulillah....kami hanya kaget dan takut. Hujanpun turun kembali hingga pagi, tapi sampai larut malam kami tidak bisa tidur, karena masih terkejut dan tidak percaya dengan kejadian ini. Kami hanya bisa bertanya-tanya kenapa mereka seperti itu, apakah kita salah, kenapa temanku dari SMK A itu sebelum pergi sudah berpesan seperti itu apakah ini semua berhubungan dengannya.

Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab keesokan harinya, ternyata para pemuda itu sudah mengancam teman kami dan memintanya untuk pindah sebelum kejadian itu, alasannya karena mereka cemburu atas kedekatan kami. Jadi ada beberapa dari mereka yang menyukaiku dan cemburu dengan temanku, hingga menghasut pemuda yang lain untuk membencinya.

Setelah mereka diusir oleh Ibu tetangga sebelah rumah, mereka mendatangi teman kami itu. Para pemuda itu menantangnya, untunnglah teman kami seorang guru karate yang sudah bersabuk hitam, jadi dia meladeni dengan tenang tantangan mereka. Temanku tidak mau bercerita bagaimana kelanjutan kisahnya malam itu, karena baginya yang terpenting mereka tidak menganggu kami lagi.

Kamipun tidak mau memaksa dan hanya bisa berterimakasih kepadanya yang berani menghadapi para pemuda-pemuda kalap itu demi persahabatan dan menjaga kehormatan kami.

Sungguh hujan malam itu adalah hujan yang tidak bisa aku lupakan diantara kisah-kisah yang terjadi. Semoga hujan akan selalu menemani aku dan kamu dalam kebaikan, karena hujan adalah rahmat dari-Nya, karena setelah hujan akan ada pelangi. Dan begitu pula dibalik sebuah kisah pasti ada hikmah didalamnya.  

6 komentar:

  1. Banyak ya kenangan ketika hujan... dari yg manis sampai asem...hehhehe

    BalasHapus
  2. hihihi, masih ada jaman pemuda kampung yang iri dengan pemuda dari daerah lain karena persoalan asmara nih. kukira itu cerita jaman mamaku saja. eh, tapi hujan itu selalu sukses membuat kita berkelana ke zona masa lalu ya, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... hehe... gak habis pikir...
      Betul mbak... jd kdg klo hujan suka senyum-senyum sendiri ingat masa lalu... hehehe

      Hapus
  3. Hujaan membawaku pada memori masa lalu ya mba? hehe, cerita indah selalu ada dalam hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mbak... klo jd ipin akan saya jawab "'suka suka suka""... hihi

      Hapus