Selasa, 22 April 2014

Keiklasannya Berbuah Manis

Banyak sekali keiklasan yang saya pelajari dari orang-orang disekitar saya, yang terkadang membuat saya hanya bisa berdecak kagum dan terharu. Tidak perlu jauh-jauh, saya belajar dari salah satu Bibi saya. Dulu Bibi menikah dengan seorang yang baik, bertanggung jawab, walaupun agak pemarah. Meskipun tinggal di rumah kontrakan, mereka hidup berkecukupan tanpa kurang suatu apa, hingga mereka mempunyai 3 orang putra-putri.

Kehidupan berlalu hingga anak yang paling kecil mulai batita, sampai ketika sang suami terserang penyakit flu tulang yang akut yang membuat kakinya lumpuh dan tubuhnya lunglai, jangankan untuk berjalan, kemanapun dia ingin perpindah tempat, harus ada orang lain yang membantunya. Bibi dengan sabar dan telaten merawat suaminya tanpa bantuan siapapun mulai bangun pagi, mandi, buang air, menyuapi dan sebagainya.  

Ditambah beban ekonomi otomatis berpindah ke bahu Bibi, mungkin karena sifat Bibi yang sabar dan telaten, Bibi mendapat pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga dan diberi tempat tinggal sebuah rumah kosong disebelah rumah sang majikan. Jadi sehabis sholat subuh, setelah mengurus suami dan anak-anak, Bibi bekerja, siang kembali ke rumah menyuapi suami dan juga menyiapkan keperluan seluruh anaknya. Setelah itu Bibi segera kembali ke rumah majikannya sampai mengijak ashar baru pulang, memandikan suami dan anak-anaknya, menyiapkan makan, membersihkan rumah dan segala keperluan rumah tangganya. Belum lagi sering kali aku melihat Paman minta dipijitin atau apapun yang bisa meringankan sakitnya karena tulangnya terasa ngilu dan nyeri apalagi bila malam tiba. Waktu itu aku masih anak-anak tapi begitu kagum melihat kesabaran dan keiklasan Bibi menerima semua cobaan itu.

Tak pernah sekalipun aku melihat Bibi marah dengan suaminya yang kadang marah-marah tidak jelas, atau kepada anak-anaknya yang kadang berbuat kenakalan. Bibi berkata, semua ini sudah takdirnya, untuk apa ditangisi, ya dihadapi saja dengan sabar dan iklas.

Hingga akhirnya sang suami meninggal, Bibipun terlihat tegar. Suatu ketika sang majikan mengatakan bahwa tidak membutuhkan Bibi lagi, karena anak-anaknya sudah besar dan tidak tinggal dirumah lagi. Bibi sebenarnya kebingungan mau tinggal dimana mereka. Bibi dipaksa berpikir untuk mencari tempat baru. Alhamdulillah berbekal patungan dengan saudara-saudara, Bibi membeli sebidang tanah dan didirikan sebuah rumah sederhana diatasnya. Karena tanah tersebut dibeli secara patungan, maka yang tinggal disitupun juga banyak. 

Tetapi hal itu memudahkan Bibi untuk mencari pekerjaan lain, sampai suatu hari Bibi mendapat tawaran kerja di Surabaya sebagai pengasuh anak. Karena ketelatenan Bibi yang memang sifatnya sabar, majikannya sangat menyayanginya. Bibi bekerja dari si momongan masih balita hingga menginjak remaja. Tak ada sekalipun terbesit keinginan Bibi untuk menikah lagi, padahal Bibi masih muda dan cantik, baginya anak-anaknya adalah prioritasnya.

Bibiku ( tengah ) diapit Ibu dan Bibiku yg lain....cantik kan ??
*foto 17th yang lalu di pernikahanku*
Anak-anak Bibipun juga menginjak remaja. Pernah suatu kali salah satu anak Bibi terjerat pergaulan yang kurang baik hingga menyebabkannya masuk penjara. Bibi sangat sedih, saat itu saya mengira bahwa pasti Bibi akan marah besar. Tetapi saya salah, Bibi berkata mungkin itu semua salahnya karena tidak pernah ada disamping anak-anaknya. Diterima semua kesalahan anaknya dengan iklas, tanpa ada rasa marah sedikitpun diraut wajahnya. Dan dengan berbekal surat dari desa dan uang tebusan pinjaman dari majikan, maka si anak bisa dibebaskan.

Suatu hari Ibu diberitahu oleh seorang kenalan, bahwa ada seorang duda ingin mencari istri yang telaten dan sabar, beliau seorang Mantan Kepala Sekolah. Serta merta Ibu menelepon Bibi agar cepat pulang, setelah berbicara panjang lebar akhirnya Bibi bersedia menikah lagi. Dengan pertimbangan anak-anaknya sudah besar dan sudah menikah semua. 

Maka menikahlah Bibi dengan si Bapak ini, Alhamdulillah si Bapak ini baik sekali, apapun keperluan anak-anak Bibi, walaupun sudah menikah semua, beliau menyediakan dengan senang hati. Tentu saja Bibi bahagia tiada terkira. Hingga ketika si Bapak sudah mulai sakit-sakitan, beliau mengurus semua surat-surat tanah, sawah, rumah dan pensiunnya. Dibaginya secara adil, antara anak-anak kandung beliau dengan Bibi, hingga akhirnya beliau meninggal, sekali lagi Bibi menjadi seorang Janda. Tapi kini Bibi tak perlu capek-capek lagi bekerja, karena uang pensiun dan sebidang sawah yang diwariskan oleh suami yang keduanya ini sudah cukup menghidupi dirinya bahkan untuk membantu keperluan anak-anaknya.

Demikianlah kisah keiklasan yang luar biasa dari seorang wanita, istri dan ibu yang tak lain adalah Bibi saya sendiri, yang begitu sabar menghadapi semua yang menimpanya, membuatnya memetik sebuah kenikmatan yang semanis madu didalam kehidupannya.




20 komentar:

  1. ikhlas mudah diucapakan tidak sdkit org yg susah bersikap ikhlas..hehehe
    salam ukhuwah....
    blog nya sy suka, ada radio rodja nya,,,, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas...bilang iklas tp msh mengeluh dan meratap...salam ukhuwah jg...Terimakasih....barrakallahufikum

      Hapus
  2. jika kehidupan bisa dijalani dengan ikhlas, InsyaAllah semua akan terbayar dgn baik ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Santi...betul banget...cm kdg mmg ilmu iklas ini sulit sekali....sy msh terus dan hrs belajar...terimakasih

      Hapus
  3. Kisahnya mirip yang ada di tivi-tivi mak,,hehhee salam buat Bibinya ya,, semoga istiqomah dalam kebaikan. Sukses GA nya mak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener2...ini TV kehidupan nyata ya mak Aida...oh ya td tinggalin comment di blog keburu2 sp lupa blm ksh selamat u mbak..selamat ya mbak sdh menemukan jodoh utk menuju pelaminan, semoga berjalan lancar sampai hari yg ditetapkan, semoga kelak menjadi keluarga yg sakinah, mawaddah wa rohmah....Barrakallahufikum....terimakasih sdh berkunjung

      Hapus
  4. sebenarnya,,ikhlas itu mudah sekali untuk diucapkan,,tapi aplikasinya sangat sulit sekali,,,semoga saya terus bisa belajar ikhlas dan selalu sabar :)

    BalasHapus
  5. Alur hidup emang penuh aral, Mak Irowati. Tapi alhamdulillah bisa becermin dari kisah Bibi Mak. Iya tegar dan sabar. Layak dijadikan teladan. Agar kita tak cengeng digerus keadaan. Allah Maha Pemurah, akan ada saat indah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Mak Rohyati....terimakasih sudah berkunjung...

      Hapus
  6. Itu fotonya kurang jelas ya mak :p *hehe..foto 17 tahun saya pikir masih hitam putih*
    Hebat ya bibi Mak Irowati, begitu ikhlas dan sabar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak Arifah...maklum foto jadul...itu jg nemu di album lama...hihi...

      Hapus
  7. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan ya mak... Banyak hikmah yang bisa di ambil dari kisah di atas. Kunci nya memang cuma syukur dan sabar ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mak...dg bersyukur dan iklas, hati jd tenang dan Allah lebih sayang...insyaallah...terimakasih sdh berkunjung

      Hapus
  8. Subhanallah.. sabar sekali ya bibimu itu menjalani takdirnya. Benar-benar ikhlas menerima apapun qadar dari Allah. makasih sudah ikutan GA ku ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak Ade...memang Bibi paling sabar diantara saudara2 Ibu...Sama2 mak Ade...

      Hapus
  9. Subhanalloh, Maha Besar Allah yang memberikan hambanya sebuah hikmah dengan keikhlasan hambanya yaak.

    Sukses ya Mak GAnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mak betul sekali....terimakasih mak Astin...

      Hapus
  10. Salam untuk bibi-nya... :)

    http://chemistrahmah.com

    BalasHapus