Sabtu, 19 April 2014

Karena Pesantren Aku Dibuatnya Bahagia

Pesantren dulu adalah sesuatu yang tidak lazim bagi kami, tidak ada seorangpun dari keluarga kami yang bersekolah di Pesantren. Tapi demi melihat hal-hal yang membuatku haru dan takjub dari anak-anak temanku, aku memberanikan menyekolahkan anakku yang hanya satu-satunya di Pesantren yang jauh dari kami, yang memakan waktu semalaman untuk sampai kesana...


Rasa berat dihati saat-saat hendak berpisah masih terasa sampai saat ini walaupun sudah berlalu hampir satu tahun berlalu. Saat meninggalkannya sendiri disana rasa hati ini seperti kehilangan separuh nyawa. Dua hari lebih aku tidak bisa makan, bila dalam kesendirian aku menangis tersedu-sedu menahan rindu dan kekhawatiran yang membuncah didalam dada. Sering kali aku lihat suamiku juga mengalami hal yang sama, duduk disudut kamar anakku sambil mengelus-elus laptop kesayangan anak kami. Matanya berkaca-kaca dan menghembuskan nafas berat. 

Tak bisa dipungkiri perpisahan itu membuat kami bertiga limbung dan sangat bersedih. Tapi ketika aku mengingat anak-anak temanku yang menjadi sholehah, semangatku menjadi membara. Aku kuatkan hati untuk tegar, aku kuatkan juga hati suami untuk sabar. Ini semua untuk anak kita, untuk meraih Ridho-Nya.

Kini setelah waktu-waktu berlalu dan  melihat perubahan demi perubahan yang sangat tampak dari pribadi anak kami. Hati ini berasa sangat lega, bahagia dan bangga tak terkira. Bayangkan anak kami yang tidak pernah mencuci, sekarang bisa mencuci bajunya sendiri, walaupun disekolahnya disediakan jasa loundry, dia hanya menggunakannya untuk sesekali saja. Katanya sayang bu...aku kan sudah bisa nyuci sendiri, uangnya bisa aku pakai beli buku atau yang lain.

Dia yang bila makan selalu pilih-pilih, kini makan apapun katanya enak, dia lebih mensyukuri setiap apa yang disuapkan kemulutnya. Dulu bila makan., lauk yang diambilnya tak cukup satu, tapi sekarang aku masakin yang banyak ketika dia liburan dirumah seperti beberapa hari yang lalu, dia hanya mengambilnya satu saja, katanya sudah cukup bu...buat nanti lagi. "Gak apa-apa nak kan ibu masak buat kamu", katanya "Iya sih tapi sekarang aku sudah terbiasa makan dengan nasi dan lauk seadanya. Jadi gak apa nanti aku makan lagi, perutku sudah kenyang". Aku sangat terharu, hampir saja nasi yang sudah dikerongkongan tak bisa aku telan karena bahagiannya. 

Dulu setiap saat yang dipegangnya laptop, buku-buku pelajaran duniawi, novel atau komik, sekarang setiap kali Al-quran dibawannya kemana-mana, sampai dalam tidurnya digenggamnya Al-quran dalam tangannya. Masih tergeletak headset yang dulu selalu menempel ditelinganya mendengarkan musik-musik yang membuatku sedih. Kini yang selalu didengarnya Murotal - murotal Al-quran yang berkumandang merdu dari Shubuh sampai Isya, menemani aktivitas liburannya dirumah beberapa hari yang lalu.

Hal-hal inilah yang paling membanggakan kami sebagai orang tua dan tidak akan pernah melupakan moment-moment saat ilmu yang didapatnya dari Pesantren diterapkannya dikehidupannya sehari-hari.

Setiap nasehat kami dan para pendidiknya dia cerna dengan baik. Hati mana yang tidak bangga dan bahagia bila anak kita berubah seperti itu karena sekolah di Pesantren pembaca ?, rasanya sepinya keseharianku terbayar dengan indah, rasa khawatir yang mendalam terjawab dengan semua sikapnya. Hati dan mulut ini hanya bisa berucap syukur Alhamdulillah, tanpa henti doa kami tak pernah putus untuknya, semoga Allah merahmatinya dan menjaganya....Amiin...


10 komentar:

  1. Waaah sungguh bahagia pastinya ya mak, punya anak seperti kak Jasmine... :) btw sukses mak GAnya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mak Tina...alhamdulillah...sy sp kadang menutupi air mata yg hampir meleleh kr bahagia melihat perubahannya...Semoga Dedek Ail jg jd anak yg sholeh ya mak Tinaa....ah semua doa emak kpd putra/putrinya pasti sama....terimakasih mak

      Hapus
  2. Waahhh... Sebagai orang tua tentu sejuk & bahagia melihat putra/putrinya semakin menuju kesholehan... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mak Euisry....Bahagia dan bangga yang tak terkira..kesholehan harta yg tiada bandingan...semoga putra putri kita semua menjadi anak yg sholeh dan sholehah mak...terimakasih sdh berkunjung

      Hapus
  3. Selamat menikmati kebahagiaan mak :D
    Buah hati memang segalanya, termasuk saat kkita tiada, doanyalah yang akan menyelematkan kita :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Mak....betul mak...anak sholeh/sholehan adalah aset kita sp kapanpun bahkan walaupun kt sdh tdk ada...doanya adalah penyelamat kita...trimakasih mak..

      Hapus
  4. Subhanallah mak..do akan saya juga ingin Nanti anak masuk prsantren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak...semoga kelak mak Kania bisa menyekolahkan anak-anak ke Pesantren agar bs menjadi anak anak yg sholeh dan sholehah...amiiiin

      Hapus
  5. akuuuuu akuuuuuuu anak yang pernah dipesantrenin... hmmmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Icha? Subhanallah....Alhamdulillah ya bs mengecap pendidikan disana walaupun memang berat....tp sdh terlalui kan?....hayo ikutan GA ini mbak....mumpung DL nya msh tgl 21 April...

      Hapus