Sabtu, 29 Maret 2014

Kakekku, Patriot Sejati

Masih teringat jelas sosok lelaki gagah, berjengot putih panjang tanpa kumis, berikat kepala Madura, lengkap dengan setelan baju longgar hitam, sarung diselempang plus kaos oblong merah putih atau putih polosnya. Kakek sangat menyukai cara berpakaian seperti itu, hampir seluruh baju beliau bermodel seperti itu. Padahal beliau bukanlah keturunan Madura. ( maaf foto-foto Kakek ada didesa )


Diwaktu mudanya Kakek adalah seorang Tentara yang berperang melawan Belanda, pada saat Indonesia diduduki oleh Jepang, Kakek bergabung dengan pasukan PETA, hingga pada tahun 1948, Kakekpun masih berjuang mempertahankan Bangsa ini dengan bergabung dengan Pasukan TNI untuk memberantas Pemberontakan PKI di Madiun.

Sekalipun Kakek seorang Pensiunan Tentara, tapi kakek tak sekalipun minta untuk digaji ataupun pensiun, dan setiap kali ada yang menawarkan bantuan untuk mengurus uang pensiun beliau. Kakek selalu berkata dengan lantang

" AKU BERJUANG KANGGO NEGORO, ORA KANGGO GOLEK DUIT, NEK CUMA MANGAN AKU SIK SANGGUP GOLEK GAE KERINGETKU DEWE..!" 
( Aku berjuang untuk Negara, tidak untuk mencari uang, kalau cuma untuk makan aku masih sanggup mencari dengan keringatku sendiri..!), 

Bukan bersikap sombong atau apapun tapi Kakek hanya ingin apa yang beliau lakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Negara, bukan karena digaji atau mengharap tanda jasa.

Jika Perayaan Kemerdekaan, Kakek pasti mengibarkan Bendera Merah Putih yang berukuran 1,5 m x 3 m, dihalaman rumah kami. Dengan bangganya beliau memandanginya dan menghormat padanya. Bendera tersebut adalah bendera terbesar di daerah kami. Bila kami malas memasangnya, Kakek pasti marah-marah.


Disaat Ibuku berusia antara 7 tahunan, Kakek mengajak Ibu dan Nenek mengembara, ke Pulau Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Sunda Kelapa. Kakek bersama-sama teman-teman yang ditemui diperjalanan, membuka Hutan-hutan perawan untuk di jadikan tempat tinggal, hingga bila sudah mulai ramai penduduk, Kakek akan meninggalkannya dan mulai lagi hal seperti itu ditempat yang baru

Kakekku adalah penyelamat keluargaku, dulu setelah Ibu menikah ibu pindah ke desa kelahiran Bapak, sampai putra putri beliau lahir, dikampung Bapak yang termasuk daerah rawa, karenaa terlalu sering banjir, rumah kami yang terbuat dari anyaman bambu (gedek, jawa) sampai berlubang-lubang. Tetapi Bapak dan Ibu tidak pernah berniat untuk pindah, hingga suatu ketika, ketika Kakek dan Nenek merasa sudah tua dan kesepian, meminta kami pindah dirumah beliau yang pada jaman dulu termasuk sangat bagus dan hangat.

Kakek memberikan seluruh hartanya kepada Ibu dan Pamanku, yang kesemuanya adalah  anak angkat yang sedari bayi dibesarkan oleh beliau. Begitu sayangnya kakek kepada anak-anaknya, sampai suatu ketika, terjadi pertengkaran keluarga, seseorang melemparkan sebuah senter kepada Pamanku, tapi Kakekku yang sudah mulai renta, menghalangi lampu senter itu mengenai Paman, dan lampu itu mengenai kepala Kakek hingga berdarah-darah.

Tak itu saja, jika kami menginginkan sesuatu pasti Kakek mengabulkannya, bila Hari Raya tiba, semua cucu-cucunya dibelikan kain satu gelondong untuk dijahitkan ke Penjahit, jadi kami yang perempuan pasti kembaran bajunya. Pernah suatu ketika aku ingin sekali makan tebu, kemudian aku mencari di kebun tebu milik tetangga, dan Kakek mengetahuinya, saat itu juga, karena banyak Truk pengangkut tebu lalu lalang di depan rumah kami, dengan segera Kakek menghentikannya. Kakek meminta pada pak Sopir untuk memberi cucunya tebu satu atau dua lonjor, berhubung Kakek adalah salah seorang yang disegani di daerahku, dengan segera pak Sopir menurunkan satu ikat besar tebu untukku....yang bila dimakan seminggupun gak bakalan habis.

Tidak hanya pada keluarganya, Kakekpun akan memberikan apa yang dia punya jika orang itu menyukai barang miliknya. Pernah suatu ketika ada seorang saudara jauh datang ke rumah dan mengatakan bahwa jam tangan Kakek bagus, dia ingin membeli tapi tak punya uang karena jam itu jam tangan mahal. Masih ingat itu adalah jam tangan ROLEX yang asli yang didapat Kakek dari seseorang yang pernah ditolongnya, dan dengan entengnya Kakek memberikan jam tangan itu kepada saudara jauh tersebut tanpa meminta apapun untuk imbalannya.

Kakekku menurut orang-orang adalah orang yang sakti, pun begitu kata Nenek, sampai Kakek waktu tinggal di Tanah Betawi , disebut Jawara. Tapi begitulah  Kakek seorang Pemberani, Pejuang, Pahlawan keluarga dan Pahlawaan Negara yang tanpa tanda Jasa. Karena memang Kakek bukanlah gila dengan Pernghargaan, bagi Kakek melihat cucu-cucunya bersekolah sampai tinggi, pandai dan berprestasi adalah sudah sangat membanggakannya. Alhamdulillah kami semua tidak mengecewakannya. Melihat Negeri ini damai dan sejahtera adalah impianya. Semoga...

Kakek adalah Patriot tanpa tanda Jasa...Patriot yang sejati.....Patriot yang terukir didalam hati kami cucu-cucunya...Patriot yang rela mengorbankan harta dan nyawanya untuk Negara dan keluarganya. Selamat jalan Kakekku sayang...Keberanianmu, kebaikan hatimu dan kepatriotanmu akan selalu kami ingat dan kami jadikan teladan dalam hidup kami....Semoga Allah menerima semua amal ibadahmu dan memberi kehidupan yang indah di alam sana.

20 komentar:

  1. Wah buyutnya Ail ( nenek suami saya ) semasa mudanya juga sebagai pejuang mak. Diusianya yg 80 lebih nenek masih sehat. Semangat dan tidak menggunakan kacamata. Sering terkagum2 mak kalau ketemu sama nenek. Jika beliau sudah bercerita bagaimana dulu nenek berjuang melawan para penjajah duuuh merindig mak... apalagi sampai diperagakan sama.nenek bagaimana dia merayap... sungguh tanpa mereka kita tidak bisa merasakan kemerdekaan seperti saat.ini.... hidup pejuaaang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak Tina betul bgt tanpa mereka2 kt tdk tahu spt apa kita skrg...Mereka semua Pahlawan Bangsa yg hrs dikenang dan diteladani....Hidup Pahlawan..!

      Hapus
  2. Kakek yang hebat. Berjuang tanpa pamrih.
    Salut
    Bapak saya juga anggota Legiun Veteran. Baru saya uruskan tunjangan veteran puluhan tahun kemudian.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya PakDhe....Mereka memang orang2 hebat...perlu diteladani....Terimakasih

      Hapus
  3. Ikut bangga membacanya mak. Kagum sama ini: Aku berjuang untuk Negara, tidak untuk mencari uang, kalau cuma untuk makan aku masih sanggup mencari dengan keringatku sendiri .. masya Allah.

    BalasHapus
  4. Kakeknya inspiratif sekali, salut. Semoga inspirasinya terus terbagi & terciprat kepada orang-orang di sekitarnya... Kerap mendengar cerita senada dari para orang tua yang mengalami masa-masa perjuangan kemerdekaan, mereka saksi sejarah biasanya lebih bisa menghayati jiwa patriotisme & nasionalisme hingga masa kini. Berbeda dengan generasi muda yang tak mengalami sendiri gejolak perjuangan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak...anak sekarang hanya mengedepankan emosi yg meluap-luap tanpa pemikiran mendalam, rasa nasionalismenya hanya sesaat, stlh itu entah kemana....Terimakasih sdh berkunjung..

      Hapus
  5. barut tahu kakeknya mak itu seorang pejuang, kereeeen
    semoga amal baik beliau selalu mendapat lipatan kebaikan dari-Nya ya, mak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin...Iya mak Damae, Kakek yg sgt baik yg membuat sy selalu kangen bl mengenangnya....terimakasih mak...

      Hapus
  6. saya selalu tertarik dengan kisah-kisah pejuang.....semangat juangnya yang luar biasa bisa djandiin contoh buat generasi muda...keren mak...

    sukses utk GA nya mak ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jg suka mak...membuat kita bersemangat dan selalu berfikir positif...Terimakasih mak...

      Hapus
  7. orangtua kita selalu punya kekuatan lebih untuk membuat kita ingin meneladaninya, ya, mbak Irowati. Sama seperti saya, kakek adalah patriot dalam hidup saya.
    Mbak, semoga kakek ditempatkan di tempat mulia di sisi Allah, aamiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sekali mbak Ani...Amiiin..terimakasih

      Hapus
  8. menyentuk sekali ceritanya mbak, ingin nangis rasanya...sayang saya tak pernah bertemu kakek. Beliau telah wafat sebelum saya lahir

    Sukses untuk GA-nya mbak
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak...tp sy yakin Kakek mbak jg sehebat Kakek saya...Terimakasih jg sdh berkunjung mbak...

      Hapus
  9. Lalu, apa balasan kita utk mereka2 yg telah ikhlas berjuang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Isilah kemerdekaan ini dengan baik, menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri, orang lain dan negara. Gak hanya koar2 kesana sini tanpa ada pengejawantahan dalam kehidupannya sehari-hari...Kakek selalu berharap generasi penerusnya menjadi generasi yang tangguh, berprestasi, dan memajukan bangsa, katanya dg begitu apa yg beliau dan para pahlawan lainya perjuangkan gak sia-sia.

      Hapus
  10. Figur yang patut diteladani.

    Terima kasih ya Mbak atas partisipasinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Hakim...terimakasih jg sdh dibolehin meramaikan Ga-nya...

      Hapus