Sabtu, 22 Februari 2014

Sebuah Metamorfosis

Dalam kehidupan setiap makhluk dibumi ini mengalami perubahan bentuk atau metamorfosis, perubahan ini bisa meliputi perubahan bentuk, perubahan perilaku, atau yang lainnya, yang kesemuanya bisa menjadi baik atau buruk. Disini aku ingin bercerita tentang perubahan cara pandang dan cara berpakaianku saja.

Dibesarkan dengan lingkungan yang biasa-biasa saja dalam beragama, tetapi Bapak dan Ibu selalu berpesan untuk jangan sekali-kali meninggalkan sholat dan puasa. Bagaimana berat tanggung-jawabnya kepada Allah kelak selalu diceritakan oleh Bapak. Tetapi mereka tidak pernah memaksa kami untuk berjilbab, asalkan memakai pakaian yang sopan itu sudah cukup.

Bergantinya hari setelah aku menikah dan lahir putri kecilku, mulai terbersit keinginan untuk berjilbab, waktu itu putriku masih usia 2 tahunan, aku kemukakan niat hati ini kepada suami, tetapi suami melarang niat ini. Akhirnya aku urungkan, tetapi gejolak untuk menutup aurat semakin lama semakin kuat, akhirnya aku sisihkan sedikit-sedikit uang dan aku belikan jilbab, pada saat itu aku tidak memikirkan harus beli yang begini atau begitu, yang penting jilbab saja. 

Ketika hendak keluar aku beranikan diri dengan memakainya, sejenak suami tidak suka dan kecewa, tetapi aku pura-pura tidak mengetahuinya. Aku diam saja, aku takut kalau aku bertanya dia akan melarangnya, jadi lebih baik diam. Begitu seterusnya, sampai suami terbiasa.

Tetapi aku masih merasa ada yang kurang, jilbab ini tak bisa menutup dadaku, dan baju yang aku pakai tak bisa menutupi pinggulku. Kebetulan waktu itu aku mempunyai teman dan keponakan yang berjualan jilbab persegi yang lebar dan baju-baju muslim yang panjang. Apalagi boleh membayar dengan mencicil setiap bulannya, hatiku sangat senang. Karena sudah terbiasa melihatku berjilbab suami tidak pernah melarang lagi. Membuat hatiku semakin bahagia. 

Pada saat aku memutuskan berjilbab aku tidak berpikir ini wajib bagi wanita muslim, aku hanya berpikir untuk menutup aurat saja titik. Karena memang pada saat itu aku masih begitu bodoh dalam hal agama. Sekarangpun masih merasa begitu, tapi paling tidak ada keinginan untuk terus belajar.

Berlalunya  hari aku melihat keponakanku sudah memakai khimar panjang dan jubah, hati serasa tentram melihatnya. Aku mulai bertanya-tanya harganya berapa dan sebagainya, maklum memang khimar panjang dan jubah harganya mahal. Dengan tekad baja aku mengumpulkan uang lagi dan akhirnya aku bisa membeli selembar khimar panjang dan jubah yang cantik. Rasanya bahagia sekali, ketika aku mencobanya suami tidak setuju katanya seperti teroris, aku sedih sekali tetapi aku diam saja walaupun hati ini sangat kecewa.

Keinginan itu semakin kuat untuk memakai pakaian yang aku beli dan aku simpan tersebut. Suatu hari sewaktu suami mengajak ke luar kota dan menginap di sebuah Hotel, ketika kita hendak keluar makan malam, aku beranikan diri untuk memakainya. Sudah bisa ditebak reaksi suami seperti apa, sepanjang perjalanan sampaipun ditempat makan wajah suamiku seperti kain kusut. Aku kuatkan hati, sampai berjalanpun dia tidak mau berdampingan denganku. Mungkin seperti pertama dulu aku berjilbab, nanti lama kelamaan dia akan terbiasa pikirku saat itu.

Sejak itu aku semakin bertekad bulat untuk berjubah dan berkhimar panjang, kebetulan ketika kami pindah rumah, aku mendapat tetangga yang baik dan dia mengajak diriku untuk belajar tentang agama Islam ini lebih mendalam, didalam suatu majelis Ilmu. Senangnya hati tidak terkira, disinilaah baru aku menyadari pentingnyaa berjilbab yang syar'i. Dan ketika ayat tentang menutup aurat itu dibacakan dan dijelaskan secara panjang lebar, semakin memantabkan Iman dan kesungguhanku. 

Allah berfirman dalam surat Al-Adzab ayat 59, yang artinya :
"Wahai Nabi, katakanlah pada para istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Henadaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Karena yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Aku jelaskan hal ini kepada suami, bukankah aku ini istri seorang mukmin ( orang beriman ), apakah dia mau dikatakan tidak beriman jika membiarkan istrinya tidak memenuhi perintah Rabb-nya. Suami hanya diam, tapi aku tidak perduli. Bukankah seorang istri memang harus mematuhi semua perintah suami asalkan tidak melanggar syariat agama?. Dan aku merasa ini adalah syariat, bukan untuk bergaya ataupun sedang tren saja.

Terpaku dengan kalimat "mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Berarti khimar yang aku pakai kurang panjang karena hanya sampai dipinggang. Alhamdulillah teman-teman dipengajian ada yang berjualan jilbab seperti ini dan membayarnya bisa dicicil sesuai kemampuan. Duh rasanya bahagia sekali. Aku bawa jilbab itu pulang. Aku mencobanya berkali-kali sewaktu suami tidak ada, aku mencoba mencari waktu yang tepat untuk meminta ijin lagi kepadanya.

Ketika aku kemukakan keinginanku, dia hanya berkata, toh kalau aku larang ya tetap saja kamu pakai. Rasanya sedih bercampur kecewa, tapi aku sudah terbiasa dengan penolakan ini. Seorang teman berkata, biarkan saja, yang penting kita tunjukkan perubahan sifat kita menjadi lebih baik dari yang lalu. Aku turuti nasehat temanku ini, berlalunya waktu akhirnya suamiku menerima dengan iklas perubahan ini dan ketika ada teman yang menawarkan jubah dan jilbab besar, suamiku mau membelikannya untukku. Allahu Akbar...Subhanallah..rasanya bahagia sekali.


Kemudian suami juga sering bertanya masalah agama kepadaku, hingga akhirnya dia mempunyai keinginan untuk ikut pergi ke Majelis Ilmu, dan yang lebih membahagiakan adalah apabila dulu suami tidak pernah ke masjid sekalipun sholat teraweh., sekarang tiap hari bila dia dirumah selalu sholat berjamaah dimasjid. Allah memang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha membolak-balikkan hati manusia. Kebahagian ini bertambah ketika keinginanku untuk menyekolahkan putri semata wayangku ke pesantren disetujuinya.

Walau tak mudah menjalankan semua ini, terutama komentar orang yang selalu under estimate terhadap wanita yang berjilbab longgar dan besar, yang selalu memandang curiga dan selidik, menganggap kita adalah teroris dan lain sebagainya. Semua aku anggap angin lalu karena yang terpenting, aku berusaha sebaik-baiknya melaksanakan perintah dan Syariat dari  Rabb-ku dan anjuran dari Rosul-ku. Suamiku mendukung sepenuh hati, rasanya sudah cukup bagiku untuk harus selalu istiqomah di jalan ini.

Aku hanya berharap Allah selalu meridhoi dan memberi petunjuk akan semua yang aku dan keluargaku amalkan saat ini dan nanti. Demikianlah sekelumit kisah metamorfosisku, pemilik blog campur-campur yang sederhana ini. Semoga bisa menginspirasi bagi pembaca yang saat ini mempunyai keinginan untuk berhijab, kuatkanlah keinginan itu dan segera lakukan. Lihatlah apa yang akan terjadi, kebahagian akan nikmat keimanan dan ketaqwaan ini tak akan pernah semu dan abu-abu...semua nyata dan indah bila kita berusaha untuk selalu istiqomah didalamnya.

Semoga bermanfaat..

Barrakallahufikum...

12 komentar:

  1. Alloh Maha Membolak-balik Hati. ya mak, tdk mudah. apalagi bertentangan dg suami. kl sy dl tdk disetujui Bapak. tp kmd mjd mudah n smkin mudah alhamdulillaah. suami sy mlh tdk suka kl sy pk yg kurang nutup, apalg stlh punya anak bntuk bdn berubah. perlu bgt ditutupi smpe (maaf) pantat.
    oya mak, IMHO, sptinya 'created by' deh mak, bukan 'create by'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak bener sekali...ya sy br baru nyadar td mlm klo salah, tp sdh malam jd blm diganti...trimakasih atas semuanya mak...

      Hapus
  2. wah...maaf pertama maen kesinih dihadepin sama metamorfosis yang panjang nih....baca dengan seksama dulu deh yah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...maaf ya mas Cilembu, klo panjang metamorfosisnya...terimakasih atas kunjungannya.

      Hapus
  3. Masya Allah .. senang membacanya mak. Tekad yang seperti ini harus ditiru para perempuan yang punya keinginan berjilbab tapi suaminya melarang. Karena patuh kepada Allah itu lebih tinggi priorotasnya ketimbang patuh kepada suaminya.

    Saya pernah mendengar ada istri yang "melayani" suaminya di saat bulan Ranadhan (di siang hari) krn suaminya berdalih ia pemimpin istrinya dan istri "terpaksa: mau saja ... aah ... sedih saya mak. Sebagai istri harus bisa seberani mak Irowati. SUbhanallah ... ternyata suami punya kecenderungan ke arah yang lebih baik ya ... insya Allah semakin bisa menjadi imam yang baik utk mak Irowati dan anak2.

    Barakallah mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mak Niar....itulah kenapa kita harus banyak2 belajar ttg agama Allah ini, tidak semua kepatuhan itu harus membabi buta, krn semua ada batasannya. Jika kt tdk belajar kt jg tdk akan tahu, bkn mendapatkan pahala malah dosa yang didapat....wa fiiki barrakallah...

      Hapus
  4. Subhanallah.. tekad dan kemauan yang kuat akhirnya meluluhkan suami ya mbak. Kalau demi kebaikan insyaallah akan dimudahkan Allah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak insyaallah seperti itu....Alhamdulillah...terimakasih sdh berkunjung

      Hapus
  5. barakallah mak Irowati...semangat terus..keep istiqomah :) peluuuuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa fiiki Barraakallah Mak salma...Terimakasih...

      Hapus
  6. Waah Mak, benar banget,,, Allah memang dengan mudahnya membolak balikkan hati kita,,, Jadi ingat cerita mama mertua saya, dulu sewaktu awal2 berhijab, papa mertua juga demikian, kurang sreg kalau mama berhijab, namun dengan perjalanannya waktu justru mama mertua wajib menggunakan hijab jika keluar rumah,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak betul itu...Alhamdulillah...berhijab itu nikmat dan insyaallah jauh dari fitnah...ya kan mak tina...

      Hapus