Bermain rakit dari batang pisang, permainan ini yang menurut aku paling mengasyikan, didesa kelahiranku, yang bernama desa Pisang disebuah kecamatan bernama Patianrowo, dikabupaten Nganjuk, bila liburan tiba aku pasti main ke rumah Bibi didesa ini, dan teman-teman kecilku banyak disini...(aku tinggal didesa kelahiran ibu didesa lain ), didesa ini sering terjadi banjir bila hujan turun, jadi setiap warga pasti sudah menyediakan rakit dari gedebok pisang untuk keperluan kesana-kemari, karena tersedianya pohon pisang sangat banyak pada waktu itu ( ya iyalah namanya saja desa Pisang...hihi ).
Sawah sudah bukan lagi terlihat sawah, tapi sudah seperti danau yang luas, biasanya kami main disitu, duduk diatas rakit pisang sambil memancing, entah darimana, bila banjir tiba, ikan-ikanpun banyak sekali, jadi kami senang sekali, sampai berjam-jam, kadang-kadang kami menceburkan diri ke sawah yang sudah jadi danau itu untuk mencari ikan & keong emas, yang juga banyak hidup bila banjir tiba, setelah merasa cukup kami pulang membawa hasil, ikan-ikan dan keong - keong ini, untuk kami bakar dan kami makan bersama-sama dikebun belakang rumah, hehe....bisa dibayangkan wajah kami pasti cemong - cemong karena asap dan jelaga dari api pembakaran kami yang mengunakan daun-daun pisang kering ( klaras ) dan ranting-ranting bambu yang banyak dikebun belakang.
Sawah sudah bukan lagi terlihat sawah, tapi sudah seperti danau yang luas, biasanya kami main disitu, duduk diatas rakit pisang sambil memancing, entah darimana, bila banjir tiba, ikan-ikanpun banyak sekali, jadi kami senang sekali, sampai berjam-jam, kadang-kadang kami menceburkan diri ke sawah yang sudah jadi danau itu untuk mencari ikan & keong emas, yang juga banyak hidup bila banjir tiba, setelah merasa cukup kami pulang membawa hasil, ikan-ikan dan keong - keong ini, untuk kami bakar dan kami makan bersama-sama dikebun belakang rumah, hehe....bisa dibayangkan wajah kami pasti cemong - cemong karena asap dan jelaga dari api pembakaran kami yang mengunakan daun-daun pisang kering ( klaras ) dan ranting-ranting bambu yang banyak dikebun belakang.
Ilustrasi main rakit pisang ( gambar dr google) |
Tapi musim kemarau sawah jadi kering, sampai tanahnya pecah-pecah, dan ada beberapa air yang mengenang, kita menyebutnya "ledokan" kalau bahasa indonesianya mungkin celukan, ajaibnya pasti disitu pasti ada ikan, dan mulailah kita berburu lagi, walaupun badan kotor berbalur lumpur, hati tetap senang luar biasa, paling-paling pulang ke rumah lansung menguyur badan disumur belakang rumah, sebelum dimarahi...hehe...
Ilustrasi ubek-ubek kubangan disawah (gambar dr google) |
Tapi bila sudah benar-benar kering, biasanya kami main yang lain, mencari capung dan main pasar-pasaran, karena melimpahnya pohon pisang tentu saja kita manfaatkan. Pelepah-pelepah pohon pisang ini kita potong-potong sedemikian rupa membentuk macam-macam belanjaan, rumput-rumputan juga kita ikat sedemikan rupa sehingga mirip sayur-sayuran,menarik sekali hehe....duhhh kalau gak ingat umur pingin main lagi...hehehe...
Bila itu sudah membosankan kita main lempar-lemparan tanah liat ( kami menyebutnya main plencung ). Caranya tanah liat dibulat-bulat sebesar jempol kaki, kemudian ditancapkan pada ranting kecil yang lurus, kemudian dengan ranting tadi kita lemparkan tanah liat ke lawan kita, hehe...jika bulatan tanah liat mengenai lawan, pasti deh si tanah liat lengket di badannya dan dia dianggap mati....kalau dimainkan 2 - 4 orang kurang seru, kalau banyak anak, baru mengasyikan.
Bila waktu liburan sudah habis, dirumahku sendiri tidak kurang media yang bisa dimainkan, disamping rumah kami juga ada parit kecil, dan sungai, jangan ditanya lagi pastilah aku suka mencari "ikan"...hehe...Padahal dapetnya gak seberapa tapi kegembiraannya luar biasa. Dimana ada air dan ikan pasti deh aku ubek-ubek sampai ada "sirene" berbunyi dari rumah...hehe...biasanya kakak-kakak yang ngomeli, sampai rumah, mandi dan segera mengerjakan tugas rutinku, seperti tak berdosa, hihi...( Bapak dan Ibu jarang memarahi kalau aku main selama tugas rumahku, menyapu halaman, membersihkan rumah dan warung sudah aku jalankan, hanya kakak-kakak saja yang marah, karena mereka tidak mau mengerjakan tugas rumahku...hihihi..ya iyalah..)
Disebelah rumah tumbuh pohon jambu air, jambu biji, kelapa, jeruk bali, pohon sukun, nangka, pisang dan mangga. Kalau berbuah, buahnya ranum dan super jumbo, buah jambu air besarnya sebesar gelas lo, buah jambu biji besarnya bisa sebesar kepala bayi dan bijinya cuma satu ditengah doang!. Jangan ditanya rasanya, pastilah manissss banget, yang menanam kakekku, kakek dulu sekolah dipertanian (sekolah jaman belanda) jadi tidak salah bila tanamannya subur makmur. Pohon jambu airnya besar dan rindang, Bapak membuatkan ayunan didahannya, kakak membuat rumah pohon diatasnya, bila pulang sekolah sering aku langsung memanjat naik ke atas diatas rumah pohon. Rumah pohonya sih sangat sederhana, hanya dipan bambu yang diletakkan diatas pohon, tapi sangat nyaman diatasnya, apalagi kalau angin bertiup...suiinggg suinnggg...bergoyang-goyang....hehe...
Tapi sayang diturunkan oleh Bapak, karena suatu hari ketika aku naik diatasnya, dahan yang menahannya patah, jadi aku hampir jatuh, yah....Sayang sekali, tapi dasar hobby panjat pohon, ya tetap saja masih belum kapok bergelantungan seperti monyet diatasnya, apalagi kalau pohonnya lagi berbuah, bila perut sudah kenyang barulah turun.....# bandel banget ya..#.
Bukan itu saja yang kita mainkan, kita sering membuah boneka dari hati pohon pisang, kita potong seukuran boneka kecil, kita beri mata dan mulut, tahu gak pemirsa...? dimulutnya kita buat lubang dari tenggah-tenggah hati pisang ini jadi membentuk lubang sampai kebawah lalu kami tutup bawahnya, jadi bila kami suapi atau kami beri minum, pasti semua masuk kedalam, dan apabila lubang yang dibawah dibuka, maka akan keluar air atau apapun yang kami suapkan....hehe jenius kan?. Jadi seolah-olah boneka ini sedang BAB ataupun pipis.... Makanannya kami buat dari buah sukun yang banyak berjatuhan, kami lumatkan menyerupai bubur bayi.. hehehe....so briliant..
Saat kami bermain mbok jamu, kami mengunakan getah-getah dan daun-daunan, getah-getah ini bila dicampur dengan air dan kapur ( gamping ), warnanya akan bermacam-macam tergantung pohonnya, bila dicampur getah mangga warnanya jadi kuning, bila dengan getah pohon lamtoro (petai cina) warnanya agak kemerahan, bila ingin warnanya hijau kita cukup menumbuk daun-daunan, diberi air dan diperas. Kemudian kita masukkan ke dalam botol-botol bekas, yah mirip mbok -mbok yang jual jamu gendonganlah... Bawa rinjing (keranjang) dan kita gendong dg kain panjang, untuk gelasnya cukup dengan batok-batok kelapa yang banyak kita dapati dikebun.
Sayang sekali kebun itu sekarang sudah tidak ada sudah dibangun rumah oleh pamanku...sedihhhh banget...
Tapi stock permainan masih banyakkk...banget....:
cublak-cublak suweng |
Gobak sodor |
Main Dam (entah ditempat lain disebut apa) |
Engkle / Engklek |
Pecahan genteng untuk main petak umpet / engkle |
Berkreasi dengan kulit jeruk |
Koko lele ( ditempat lain disebut Bentik ) |
Dakon / coklak |
Lompat tali dengan karet |
Bekel |
Kelereng |
Gasing ( semua gambar diambil dari google) |
Dan masih banyak permainan lain, seperti main tanah, perang-perangan...wah rasanya kalau diceritakan semua tidak habis seharian. Saat aku ceritakan ke anakku tentang semua permainan ini, dia selalu bilang ..."pinginnnn...". Yah Ibu bisa mewujudkannya bila kita sedang mudik saja nak. So tunggu saat mudik tiba ya, kita cari permainan apa yang bisa kita mainkan didesa.
Semua permainan ini selain sehat juga melatih otak kita untuk berkreasi dan berpikir cepat. Sangat bermanfaat kan ?...Walaupun permainan sekarang juga bagus-bagus, tetapi hampir semua sudah jadi, tidak seperti kita dulu harus membuat semuanya sendiri. Permainan-permainan ini adalah bagian dari kenangan indah masa kecilku. Kenangan indah masa kecil yang tidak akan pernah bisa terlupakan sepanjang hidupku.
Barrakallahufikum..
.
yg gasing itu kayaknya sudah jarang skrg..yg gobak sodor juga susah nyari tempatnya hahaha :)
BalasHapusIya mak salma....sekarang rumah sdh berdempet-dempet jadi gak ada tempat...paling-paling ke lapangan...hihi
HapusKangen jaman bocah,,, dulu mainan saya g pernah beli, bikin aja sendiri langsung bahan2nya diambil dari alam sekitar, g kaya jaman sekarang,,,
BalasHapusBetul banget mak tina...gratissss deh pokoknya...hehe
HapusHwaaa... di perumahan ini gak ada satupun terlihat anak 2 memainkan permainan di atas :(
BalasHapusiya mak? klo disini msh ada engkle,congklak, main petak umpet, lompat tali ma kelereng msh sering klo lainya g prnh liat jg...hehe
HapusUwaaaa jd kgn.dlu saya sering renang di sungai pje gdebog mbk hihi
BalasHapusSama dong....asyik memang main air...haha
Hapusbeda ya, anak dulu sama anak sekarang mainannya...jadi kagen main petak umpet, dan kelereng
BalasHapusIya mas..dulu kreatif , mgkn krn msh banyak kebun dan tanah lapang...tdk spt skrg sempit dan sumpek...trimakasih sdh berkunjung
HapusAsli Mbak, baca tulisanmu ini kembali kangen dengan masa kecil dahulu, yang sekarang amat jarang dilakukan anak-anak masa kini. semua pernah kumainkan, kecualimain rakit gedebok pisang :)
BalasHapusHehe..rakit gedebok pisang itu yg bkin aku bkin tulisan ini mbak...liat digoogle tentang banjir ee ada gambar itu jd terkenang wkt suka main air wkt banjir smbil cari ikan...menyenangkan sekali...
HapusKangen masa kecilku dulu, mirip sih...
BalasHapusmasa kecil memang ngangenin...trimakasih
HapusMainan-mainan masa kecil itu ...
BalasHapussebagian besar ...
Bergerak ... dan mengajarkan kepada kita semua untuk menaati aturan
salam saya
benar sekali om...terimakasih kunjungannya.
HapusSangat patut dilestarikan, dalam bentuk lomba 17an atau classmeeting/ pelajaran olahraga di sekolah :)
BalasHapuswah setuju bgt sm idenya...trimakasih
Hapusiya, permainan saat kecil itu memang menyenangkan sekaligus melatih motorik dan olah otak. Masa kecil saya juga kurang lebih sama, nah itu namanya di saya gatrik, dam-daman, yang lainnya sama, cuma saya gak puas main di sawah soalnya rumah saya jauh dari pesawahan hehe ...
BalasHapushehe...klo rmh asal kelahiran saya dikelilingi sawah mbak, samping kanan kiri belakang sawah smua...krn rmhnya pas diujung gang didesaa...cm dpn rmh sj yg g sawah hehehe....
Hapussayang masa kecil tak akan terulang lagi...
BalasHapushanya bisa dikenang dan menjadi kenangan yg indah....trimakasih
HapusKalo dulu sudah ada tayangan Bolang, pasti mak Irowati dkk disyuting sama timnya Bolang deh ... permainannya kaya sekali :)
BalasHapusBener jg ya mak niar...sy jg suka banget acara si Bolang, mengingatkan akan ms kecil...sp sy bilang ke anak sy..."ibu dulu mbolang lo...alias spt si bolang"...hehe...
Hapus