Minggu, 25 Mei 2014

Cintamu Tak kenal Lelah

Pagi-pagi sekali sebelum ayam berkokok..
Sebelum istri dan anak-anakmu terbangun...
Engkau telah sibuk didapur menyalakan tungku untuk memasak nasi untuk Ibu berjualan setiap pagi...
Ketika adzan shubuh berkumandang barulah engkau bangunkan istri dan anak-anakmu...

Begitulah kebiasaamu....
Membantu Ibu didapur menyiapkan keperluan untuk berjualan nasi pecel setiap pagi...
Kemudian membuka warung dan membantu Ibu berjualan...sampai selesai...
Setelah itu engkau segera bergegas ke sawah, mencangkul dan merawat padi-padi disana...
Hingga matahari diatas kepala dan adzan dhuhur berkumandang...
Segera engkau pulang, mandi, sholat dan tidur sejenak...

Bila jam sudah menunjukkan jam setengah dua, segera engkau bergegas bersiap diri...
Memakai seragam putih biru yang membuatmu tampak gagah...
Ya memang engkau seorang SATPAM disebuah Pabrik...
Dengan segera engkau kayuh sepeda othel tua kesayanganmu menuju tempat kerja, dengan hati bahagia..
Tengah malam engkau baru pulang....
Beristirahat sejenak dan pagi-pagi engkau sudah bangun lagi...

Bila engkau mendapat shift pagi, engkau selalu mewanti-wanti kami untuk membantu Ibu...
Sebelum kami berangkat sekolah...
Jam dua siang engkau sudah sampai dirumah....
Istirahat sejenak sholat, dan segera engkau bergegas ke sawah...
Jika matahari akan tenggelam, barulah engkau pulang...
Sehabis magrib mulailah engkau mengajari kami anak-anakmu...
Berhitung, mengenal huruf-huruf alfabet dan huruf-huruf al-quran, mengajari kami cara sholat dan tentang kehidupan...
Semua engkau lakukan tanpa kenal lelah...
Jarang sekali kami melihatmu mengeluh...
Engkau selalu bersemangat...

Dulu sebelum engkau bekerja sebagai SATPAM..
Setiap shubuh engkau mengayuh sepeda untuk berjualan ayam keliling...
Jika matahari agak tinggi, engkau pulang 
Dan mengganti keranjang-keranjang ayam itu dengan beras...
Engkau berkeliling menjajakan beras dikampung sampai siang...
Barulah engkau pulang...dan segera seperti biasa engkau pergi menuju sawah...

Sering aku melihatmu berdiri dipinggir sawah dengan bangga...
Seakan puas dengan semua hasil jerih payahmu...
Demi melihat padi-padi yang tumbuh menghijau...
Matamu selalu nanar melihat kalau-kalau ada serangga atau tumbuhan penganggu...
Seakan mereka adalah musuh terbesarmu...
Dengan teliti engkau berputar mengelilinginya...
Memastikan semua baik-baik saja...
Hingga engkau pulang...

Tenagamu seakan tak ada habisnya..
Ketika panen tiba engkau sendiri memanggul hasil-hasil panen itu...
Menatanya dilumbung kita...
Jika Ibu menyarankan untuk mengupah orang membantumu...
Engkau berkata tidak usah, sayang 
Karena bagimu setiap rupiah sangat berarti...
Bukan untuk apa-apa...
Tapi untuk kami...
Untuk menghidupi kami...
Membayar biaya sekolah sekolah kami ber-enam...

Sungguh...
Engkau lakukan itu semua demi cintamu kepada kami...
Istri dan anak-anakmu...
Engkau lebih mengutamakan sekolah-sekolah kami, daripada dirimu sendiri...
Engkau lebih mengutamakan kebahagiaan kami, daripada kebahagiaanmu...

Kini tubuhmu mulai renta...
Rambut-rambutmupun menjadi putih...
Kulitmu yang hitam karena terpapar mataharipun kini telah keriput..
Pendengaranmupun mulai berkurang...
Jalanmu dulu yang cepat kini melambat...
Engkaupun telah pensiun...
Tapi  karena kebiasaan patrolimu, 
Setiap hari engkau mengecek setiap inci sudut rumah...
Mematikan semua lampu yang tidak perlu...
Memastikan semua aman...
Sering Ibu marah-marah karena lampu sudah engkau matikan sebelum waktunya..
Katamu selalu "efisiensi"...
Seperti biasa...
Bila dulu engkau sisihkan untuk kami...
Sekarang semua itu engkau sisihkan untuk cucu-cucumu...
Engkau selalu ceria saat cucu-cucumu datang dan menerima pemberianmu..

Bapak ( bersarung )...memastikan hasil panenannya....sambil mengawasi
proses perontokan butir-butir padi dengan mesin
Bapak...
Walaupun tubuhmu tak sekuat dulu...
Tapi engkau tetap bersemangat...
Bola matamu masih berbinar....
Semangatmu masih menyala...
Mengayuh dengan pelan sepeda tuamu ke sawah...
Tempat awal penghidupanmu bermula...

Tak kuasa kami melarangmu...
Karena engkau masih dan selalu ingin memberikan kami cinta dengan caramu...
Mengirimi kami buah-buah dari hasil kebunmu...
Memberi kami oleh-oleh beras dari sawahmu...
Bila kami melarang, engkau akan marah...

Bapak....cintamu seperti semangatmu yang tak kenal lelah...
Selalu hidup dan selalu menyala...
Terima kasih Bapak...


21 komentar:

  1. Bapak, seringkali saya melupakan jasa bapak. Padahal selain ibu tetap ada bapak yang selalu menguatkan saya. Bahkan yang rela pulang kerja, hujan-hujan-an kemudian jemput saya di kos dulu adalah bapak.

    Ya, bapak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ika...Bapak selalu ada untuk kita tanpa kita sadari....

      Hapus
  2. Bapak juga petani mbak, terima kasih sudah berpartisipasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Fenny...senang bisa ikutan...

      Hapus
  3. Robanaghfirlana waliwaliidina warhamhuma kama robbauna shighoro.... aamiin .... T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiinn allahumma amiiin...terimakasih mas Fiu

      Hapus
    2. :) salam sukses mulia ....

      Hapus
  4. Subhanallah hebat bgt bapak mbak...penuh semangat n cinta untuk krluarga. Makasih atas partisipasinya mbak... salam cimoners ;)

    BalasHapus
  5. Subhanallah hebat bgt bapak mbak...penuh semangat n cinta untuk krluarga. Makasih atas partisipasinya mbak... salam cimoners ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah....sama-sama mbak...Salam cimoners jg...

      Hapus
  6. Terima kasih sdh berpartisipasi di GA kami yaa.... Salam Cimoners..

    BalasHapus
  7. “Ayah adalah yang teristimewa di dunia
    sebab dari keringatnya
    ia memberi tapak
    untuk melangkah.”
    ― Abdurahman Faiz

    mewek ingat almarhum ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbak....semoga ayah mbak diberi tempat yang mulia disisi-Nya, diampuni dosa-dosanya dan diterima amalan sholehnya...amiiin...

      Hapus
  8. He is a great Dad, salam kenal dari Cianjur, semoga sukses ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Mbak....salam kenal juga dari Sidoarjo....

      Hapus
  9. halo mbak Iro, makasih ya partisipasinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo juga mbak Tanti.....sama-sama mbak...senang bs berpartisipasi...

      Hapus